Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/12/2015, 11:57 WIB

KOMPAS.com – Ketika sakit tenggorokan, Anda biasanya akan pergi ke dokter untuk mengecek kondisi kesehatan. Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter lalu memberikan resep antibiotik. Padahal, terkadang, hanya dengan beristirahat, penyakit tersebut akan berlalu begitu saja.

Studi yang diterbitkan dalam JAMA Internal Medicine pada tahun 2013 menunjukkan, bahwa dokter kerap meresepkan antibiotik pada 60% kunjungan pasien dengan sakit tenggorokan. Tingkatan tersebut seharusnya hanya sekitar 10%.

Antibiotik memang sangat membantu – mereka membunuh bakteri jahat, menghentikan bakteri tersebut untuk membelah diri dan memungkinkan tubuh kita untuk melawan balik. Tetapi, karena mereka juga membunuh bakteri baik, mereka juga bisa menimbulkan beberapa kerusakan yang signifikan bagi tubuh kita.

"Ketika berbicara kepada pasien, pesan yang ingin saya sampaikan adalah jika Anda tidak mempunyai infeksi bakteri, antibiotik hanya akan menyakiti tubuh Anda, bukan menolong," kata Jeffrey Linder, MD, seorang profesor kedokteran di Brigham and Women's Hospital dan juga wakil penulis studi di atas.

Infeksi bakteri yang dimaksud tersebut adalah Pneumonia, infeksi berat sinus (yang berlangsung lebih dari 10 hari), infeksi telinga dan radang tenggorokan. Selain itu, batuk dan pilek atau bahkan bronkitis akut juga temasuk infeksi yang mungkin harus Anda tanyakan kepada dokter apakah Anda membutuhkan resep Antibiotik tersebut.

Berikut adalah 3 cara bagaimana antibiotik yang bisa menyembuhkan, justru dapat membuat Anda sakit.

 

Mengacaukan kerja usus Anda

Antibiotik terkadang dapat membuat makanan bergerak ke usus lebih cepat. Itu karena mereka akan mengumpulkan semua jenis bakteri – yang baik dan buruk – mengacaukan keseluruhan perintah-perintah dalam usus Anda.

Ketika banyak yang melihat bantuan setelah menghentikan terapi antibiotik, beberapa orang tidak pernah pulih kembali, menurut sebuah studi di American Journal of Gastroenterology.

Para peneliti menemukan, bahwa peserta yang mengonsumsi lebih dari 3 antibiotik dengan periode 5 tahun, 1,5 kali lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit iritasi usus, khususnya ulcerative colitis (radang usus) atau penyakit Crohn.

 

Membuat berat badan naik

Anda mungkin sudah tahu bahwa ada antibiotik dalam makanan Anda, tetapi sebenarnya apa manfaat antibiotic di dalam makanan?

Mereka digunakan untuk menggemukkan sapi dan ayam sebelum mereka dipotong (ilmuwan tidak sepenuhnya yakin mengapa ini dapat bekerja, tetapi ini bekerja). Dan mereka mungkin dapat melakukan hal yang sama pada tubuh Anda.

Sebuah studi yang diterbitkan dalam International Journal of Obesity menemukan, bahwa penggunaan antibiotik pada usia anak tidak hanya memengaruhi kenaikan berat badan pada anak, tetapi juga akan berpengaruh pada tahun-tahun mendatang.

Para peneliti menemukan, bahwa Anak yang telah melakukan setidaknya tujuh terapi antibiotik selama hidupnya, berat badannya akan lebih berat 1,4 kg (sekitar 3 pon) pada usia 15 dibandingkan dengan mereka yang tidak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau