Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/09/2016, 19:21 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

Sumber NY Times

KOMPAS.com - Seabad silam peneliti menemukan beberapa orang mengalami penyakit yang disebut pernicious anemia, kekurangan sel darah merah yang diindetifikasi sebagai penyakit autoimun penyebab kekurangan sel-sel yang dibutuhkan untuk menyerap vitamin B12 di perut.

Orang yang menderita penyakit ini bertingkah laku tak menentu dan akhirnya dirawat di rumah sakit jiwa.

"Depresi, dimensia dan kelainan mental sering berhubungan dengan kekurangan vitamin B12 dan pendamping vitamin B folat. Khususnya pada orang tua," kata Dr. Rajaprabhakaran Rajarethinam, psikiater di Wayne State University School Medicine.

Ia menggambarkan, wanita usia 66 tahun dirawat karena depresi parah, psikosis dan kekurangan energi serta minat pada kehidupan. Ia juga mengalami kadar vitamin B12 sangat rendah. Gejala-gejala itu hampir seluruhnya dipulihkan oleh injeksi vitamin.

Para peneliti Eropa pun membuktikan, memberikan vitamin B12 kepada orang yang kekurangan membantu melindungi daerah di otak yang rusak karena penyakit Alzheimer's.

Begitupun pada studi dua tahun di University of Oxford terhadap 270 orang penderita gangguan kognitif ringan dan kadar vitamin B12 rendah, Dr Helga Refsum, profesor gizi dari University of Oslo menemukan, pengurangan atropi di otak pada mereka yang diobati dengan dosis tinggi vitamin tersebut.

"Kekurangan vitamin B12 adalah penyebab masalah kognitif lebih daripada yang kita pikir, terutama pada lansia yang hidup sendiri dan makan dengan tidak benar," kata Dr Rajarethinam.

Diperkirakan sekitar 10-30 persen orang berusia di atas 50 tahun memroduksi terlalu sedikit asam lambung untuk melepas B12 dari protein pembawanya dalam makanan. Dan semakin lama persentase kekurangan asam lambung ini makin meningkat.

Tetapi, masyarakat tidak tahu mereka mengalami kekurangan asam lambung. Faktanya, hasil penelitian orang dewasa muda yang disebut Framingham Offspring Study menemukan, kekurangan penyerapan B12 dari makanan menjadi masalah lazim pada orang dewasa usia 26 sampai 49 tahun. 

Karena itu, direkomendasikan orang dewasa berusia lebih dari 50 tahun mendapatkan kebutuhan B12 harian, sebanyak 2,4 mikrogram untuk di atas usia 14, sedikit lebih banyak untuk ibu hamil dan menyusui dari makanan yang mengandung vitamin B12 ataupun dengan mengonsumsi suplemen multivitamin.

Vitamin B12 sintentis tidak melekat pada protein, sehingga tidak membutuhkan keberadaan asam lambung untuk merilisnya.

Orang-orang tertentu juga berisiko mengalami kekurangan vitamin B12. Mereka yang termasuk adalah kaum vegetarian dan vegan yang mengonsumsi sedikit atau tanpa makanan hewani.

Orang yang menderita penyakit lambung dan usus kecil seperti celiac disease dan Crohn's disease, pengonsumsi proton-pump inhibitor untuk mengontrol acid reflux, mereka yang menjalani bedah untuk penurunan berat badan, mereka yang menjalani pengobatan kanker, serta lansia tergolong berisiko kekurangan B12.

Kekurangan vitamin B12 ini butuh bertahun-tahun untuk terjadi. Namun ketika gejalanya terjadi, dapat menyebabkan kesusahan dan akhirnya menimbulkan kehancuran. Sulit pula untuk menemukan gejala kekurangan vitamin ini.

David G. Schardt, ahli gizi senior dari Center for Science in the Public Interest, mencatat gejala kekurangan vitamin ini berupa lelah, kesemutan dan mati rasa di tangan dan kaki, lemah otot dan kekurangan refleks yang mungkin berlanjut menjadi kebingungan, depresi, kehilangan memori dan dimensia ketika kekurangan vitamin itu jadi makin parah.

Gejala awal dapat dihilangkan dengan vitamin B12 dosis tinggi lewat injeksi. Tetapi, gejala yang berkaitan dengan kerusakan saraf dan dimensia menjadi lebih permanen. Karena itu, penting bagi orang berisiko kekurangan vitamin ini untuk diperiksa secara teratur.

Vegetarian dan vegan dapat menambah asupan B12 dari tempe atau makanan nabati yang diperkaya vitamin ini. Ini bisa ditemukan pada sereal dan produk kedelai.

Tetapi Dr Ralph Carmel, ahli hematologi yang berafiliasi dengan New York University pernah meneliti efek B12 selama puluhan tahun. Ia memperingatkan bahaya mengonsumsi megadosis B12.

"Kami belum tahun dampak jangka panjangnya. Pada lansia yang kekurangan B12, saya tak keberatan diberi 500 hingga 1.000 mikrogram vitamin ini sehari. Tetapi asupan 5.000 mikrogram itu tidak masuk akal," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau