Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/09/2016, 17:00 WIB

KOMPAS.com - Hidung merupakan bagian terdepan wajah yang bisa memengaruhi keselurahan penampilan. Itu sebabnya banyak orang yang kurang puas dengan bentuk hidungnya memilih operasi memancungkan hidung sebagai solusi untuk meningkatkan rasa percaya diri.

Operasi memancungkan hidung (rhinoplasty) termasuk dalam operasi estetika yang paling populer di dunia, termasuk Indonesia. Garis hidung yang ramping dan mancung masih menjadi patokan ideal.

Menurut dr.Sidik Setiamihardja, spesialis bedah plastik, ada berbagai metode bedah untuk memancungkan hidung.

Pembentukan hidung yang paling umum dilakukan menggunakan silikon padat, tetapi bisa juga memakai bahan tambahan yang diambil dari tubuh pasien yaitu dari tulang rawan telinga atau tulang iga pasien. Komunikasi yang terbuka antara pasien dan dokter juga akan menentukan metode operasi yang dipakai.

"Dokter harus memahami apa yang diperlukan pasien dan mempertimbangkan fitur wajah pasien sehingga mendapatkan bentuk yang benar-benar diinginkan," kata dokter dari Rumah Sakit Khusus Bedah Bina Estetika, Menteng, Jakarta, Kamis (29/9/2016).

Penggunaan material silikon padat untuk memancungkan hidung memiliki kelemahan, yaitu ada risiko penolakan tubuh dan juga tampak kurang alami. "Kulit di bagian hidung menjadi terlihat mengilap karena kulitnya tipis," kata Sidik.

Sementara itu, penggunaan tulang rawan yang diambil dari iga atau telinga bisa membuat tampilan lebih alami.

"Tulang rawan iga yang diambil hanya sedikit saja, tetapi kekurangannya lama kelamaan bisa membuat hidung sedikit bengkok karena tulang rawan iga secara alamiah memang tumbuh bengkok," paparnya.

Sementara itu, pemakaian tulang rawan telinga banyak dilakukan. Menurut Sidik, dokter akan mengambil sedikit tulang rawan telinga dan memasukkannya ke bagian hidung. Dengan teknik yang tepat, pengambilan tersebut tidak akan mengubah bentuk telinga.

Untuk mendapatkan hasil yang sesuai keinginan dan aman, Sidik menyarankan agar pasien berkonsultasi dengan dokter ahli bedah plastik.

"Dokter juga harus menginformasikan tindakan apa yang akan dilakukan, lamanya tindakan, risiko komplikasi, dan lamanya pemulihan," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau