Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Anda Berisiko Terpapar Bakteri Pemakan Daging?

Kompas.com - 30/09/2016, 19:15 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Baru-baru ini, ada seorang pria di Texas didiagnosa menderita sakit, karena terkontaminasi bakteri pemakan daging. Akibatnya, hampir seluruh kakinya harus diamputasi, demikian menurut laporan ABC News.

"Umumnya, ketika seseorang mengatakan 'bakteri pemakan daging,' mereka mengacu pada suatu kondisi yang disebut necrotizing fascitiis," kata Sejal Shah, MD, seorang dokter ahli kulit dan kosmetik di New York City.

"Ini adalah infeksi bakteri yang agresif dan menyebar sangat cepat, serta menyebabkan kematian jaringan."

Anda tak perlu panik. Kenyataannya adalah, bakteri pemakan daging tidak harus menjadi ancaman jika Anda berhati-hati dan mempersenjatai diri dengan info ini agar tetap aman.


1. Kasusnya langka, tetapi bakteri yang menyebabkannya tidak

Necrotizing fasciitis dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri, termasuk strain spesifik streptococcus, staphylococcus, dan E. coli. Tidak semua bakteri ini biasa kontak dengan manusia.

Penyakit yang disebabkan oleh mereka cukup langka karena sistem kekebalan tubuh kita akan melawan segala bentuk infeksi, mulai dari flu biasa hingga infeksi yang lebih serius.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat (Centers for Disease Control and Prevention), penyakit yang disebabkan bakteri pemakan daging, lebih umum terjadi pada orang yang memiliki kondisi kronis yang melemahkan sistem kekebalan tubuh, seperti kanker atau diabetes.


2. Luka kecil dapat meningkatkan risiko Anda

Misalnya gigitan nyamuk atau dari sandal yang terkotaminasi. Bakteri masuk ke tubuh melalui luka terbuka.

"Jika Anda memiliki luka, hal yang paling penting yang dapat Anda lakukan adalah mengurangi risiko dengan mempraktik kebersihan dan perawatan luka dengan benar, sehingga tidak bisa terkontaminasi dengan bakteri apapun," kata Shah.

Bakteri penyebab necrotizing fasciitis cenderung menyukai air, jadi jika Anda memiliki luka terbuka, hindari mandi di bath tub atau berenang di laut, kolam renang atau danau dan sungai.


3. Tidak menular

Menurut CDC, penularan penyakit karena bakteri pemakan daging adalah hal yang super langka. Di AS sendiri, 600 hingga 700 kasus yang terdiagnosa dan kebanyakan penyebabnya adalah karena kontak langsung dengan bakteri melalui luka terbuka di kulit.


4. Gejala awal nampak tidak berbahaya

Menurut CDC, gejala awal paparan bakteri bisa terlihat oleh kita tapi tidak nampak sebagai gejala yang agresif.

Banyak orang dengan necrotizing fasciitis memiliki gejala awal berupa: Otot seperti ditarik sehingga timbul sedikit rasa sakit dan nyeri atau pembengkakan di sekitar luka terbuka.

Gejala dapat berkembang menjadi ruam merah atau keunguan, bisul, lecet, atau bintik-bintik hitam pada kulit.


5. Perlu diobati secepatnya

Waktu adalah penting. Biasanya, penyakit ini diobati dengan antibiotik IV, tapi kadang-kadang itu tidak cukup.

"Bakteri menginfeksi fascia, yang merupakan membran jaringan ikat yang mengelilingi otot, saraf, lemak, dan pembuluh darah," kata Shah.

"Setelah fasia terinfeksi jaringan maka area sekitarnya akan hancur. Jadi pada dasarnya, bakteri ini menghancurkan kulit, otot, dan jaringan lemak."

Antibiotik dapat membantu menghentikan kehancuran jaringan menyebar, tetapi mereka tidak dapat membalikkan apa yang sudah terjadi. Jaringan yang mati hanya bisa dihilangkan dengan operasi, kadang-kadang penderita harus kehilangan anggota tubuhnya.

 

Intinya: Ini bukan sesuatu yang bisa dianggap main-main. Semakin cepat Anda mendapat perawatan, semakin besar kesempatan Anda tertolong.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com