Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Kandungan Timah dan Uranium dari Vape

Kompas.com - 13/05/2024, 09:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Banyak orang menganggap rokok elektrik alias vape lebih aman dibandingkan dengan rokok konvensional. Namun, studi-studi terbaru mengungkap bahaya tersembunyi dari vape.

Vaping merupakan merokok vape menggunakan alat elektronik yang menghasilkan uap yang dihirup penggunanya. Proses pemanasan vape diketahui dapat menghasilkan zat-zat kimia yang bersifat karsinogenik.

Dalam studi terbaru yang dimuat dalam jurnal Tobacco Control disebutkan, remaja yang rutin vaping beresiko besar terpapar metal berbahaya seperti timah dan uranium.

Dalam jangka panjang paparan kedua zat metal tersebut bisa mempengaruhi perkembangan organ dan otak.

Remaja merupakan kelompok umur yang paling banyak menggunakan vape. Data di Amerika menunjukkan, 14 persen anak SMA rutin vaping, sedangkan pada anak tingkat SMP angkanya mencapai 3 persen.

Baca juga: WHO Larang Vape Aneka Rasa untuk Cegah Kecanduan Nikotin

Sebuah studi juga menunjukkan beberapa metal berbahaya ditemukan pada aerosol atau uap rokok elektronik dan juga cair (liquids).

Paparan zat kimia ini dapat memicu berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan perkembangan, gangguan perilaku, masalah pernapasan, hingga penyakti jantung pada anak.

Pada studi terbaru ini tim peneliti menguji apakah frekuensi vaping dan perasanya berkorelasi dengan kadar metal toksik. Penelitian yang diuji adalah Wave 5 yang menganalisis respon dari 1607 remaja berusia 13-17 tahun.

Dalam studi ini rasa vape yang diteliti antara lain mentol atau mint, buah-buahan, rasa manis seperti cokelat atau kue manis, rokok, cengkih, dan juga minuman beralkohol dan non-alkohol.

Kemudian sampel urine mereka diuji untuk mengetahui apakah ada kandungan cadmium, timah, dan uranium. Frekuensi vaping mereka digolongkan ke dalam "kadang-kadang" (1-5 hari dalam sebulan), "berselang" (6-19 hari sebulan), dan "sering" (minimal 20 hari dalam sebulan).

"Hasil analisa sampel urin menunjukkan bahwa kadar metal atau timah 40 persen lebih tinggi pada kelompok berselang dan 30 persen di antara kelompok sering. Kadar uranium juga dua kali lebih banyak pada kelompok sering," tulis peneliti dalam laporannya.

Kadar uranium dalam urine juga lebih tinggi pada penggemar vape beraroma manis dibandingkan dengan aroma mint.

"Penggunaan rokok elektronik pada remaja akan meningkatkan risiko paparan metal, yang berdampak negatif pada perkembangan otak dan organ mereka," katanya seperti dikutip dari medical daily.

Salah satu risiko terbesar dari vaping adalah inkonsistensi dalam kualitas dan regulasi produk. Beberapa produk vape yang beredar di pasaran mungkin tidak memenuhi standar kesehatan yang ketat, meningkatkan risiko penggunaan bahan yang berbahaya.

Baca juga: Daftar Negara yang Melarang Penggunaan Vape, Mana Saja?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau