KOMPAS.com - Untuk mendukung kecerdasan anak, selama ini orangtua lebih berfokus pada nutrisi yang mengandung asam lemak DHA, padahal kecukupan zat besi tak kalah pentingnya.
Pada 1000 hari pertama kehidupan, zat besi memiliki peran penting dalam otak sebagai pembentuk selubung dan cabang sel saraf, metabolisme sistem saraf, dan proses pembawa sinyal dalam otak.
"Semua fungsi tadi berpengaruh pada perkembangan kognitif yang mendukung fungsi belajar anak, meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus, serta perkembangan sosioemosional, dan respon fisiologis," kata Prof.Rini Sekartini Sp.A dalam acara temu media di Jakarta (10/3).
Sehingga, kekurangan zat besi akan sangat mempengaruhi daya pikir yang mempengaruhi fokus dan memori belajar, terutama pada anak dibawah usia 5 tahun.
Faktanya menurut data 1 dari 3 anak di Indonesia beresiko mengalami kekurangan zat besi atau disebut anemia defisiensi besi.
Baca juga: Ini 7 Tanda Tubuh Kekurangan Zat Besi, Apa Saja?
Kekurangan zat besi membuat anak menjadi lemas, pucat, dan kemampuan belajarnya terganggu.
"Para orang tua perlu waspada jika anak terlihat lemas dan kurang fokus, bisa jadi kekurangan zat besi,” ujarnya.
Anak yang anemia akan tumbuh dengan tingkat kecerdasan rendah, kemampuan motorik halus rendah, serta beresiko mengalami gangguan perkembangan seperti autisme. Di usia dewasa mereka akan kalah bersaing di dunia kerja.
Baca juga: Budi Gunawan Sebut Program Makan Bergizi Gratis Tingkatkan IQ Anak 15 Poin
Makanan sumber zat besi
Kekurangan zat besi bisa dialami siapa saja, termasuk anak dari keluarga dengan ekonomi baik. Kondisi ini bisa diatasi dengan kemberian makanan bergizi seimbang yang memaksimalkan makanan sumber zat besi sangat penting.
Dokter gizi medik Dr.Dian Novita Chandra M.Gizi mengatakan, zat besi banyak terdapat di protein hewani seperti daging sapi, telur, hati ayam dan sapi, serta susu yang difortifikasi.
"Sementara itu sumber zat besi dari produk nabati seperti bayam, kacang merah, dan kacang almond," kata dr.Dian.
Pemberian susu pertumbuhan yang difortifikasi zat besi terbukti efektif membantu memenuhi kebutuhan zat besi harian anak.
Penelitian yang dilakukan di beberapa negara berkembang seperti Meksiko, Chile, dan India, menunjukkan pemberian susu berfortifikasi zat besi mampu menurunkan angka anemia defisiensi zat besi.
Baca juga: Berapa Jumlah Zat Besi yang Disarankan untuk Anak? Ini Kata Dokter...
“Selain penerapan pola makan yang kaya zat besi, orangtua juga perlu untuk melakukan skrining faktor risiko kurang zat besi secara rutin pada anak. Hal tersebut merupakan salah satu upaya penting untuk pencegahan dan deteksi dini masalah kekurangan zat besi anak,” katanya.