KOMPAS.com — Dalam praktik sehari-hari, saya sering menjumpai berbagai jenis masalah gangguan kejiwaan. Masalah-masalah kejiwaan sering kali memang tidak mampu dipahami oleh orang yang tidak mengalaminya. Itulah mengapa terkadang sulit bagi pasien untuk membagi masalahnya dengan orang lain karena cara pandang yang berbeda.
Sering kali, orang yang tidak mengalami gangguan jiwa lalu terlalu memandang enteng keluhan atau masalah pada pasien gangguan jiwa. Mereka akan dengan mudah mengatakan "Itu cuma pola pikir kamu aja yang salah!" atau "Kamu harus berubah dong jangan menyerah!" Lainnya, "Ah itu cuma pikiranmu saja!"
Orang banyak tidak menyadari, masalah kejiwaan adalah masalah yang gejala dan tandanya terdapat di pikiran perasaan dan perilaku orang tersebut. Jadi, apa yang dikeluhkan mereka memang sangat wajar terjadi.
Salah satu contoh gangguan jiwa yang menarik yang dibahas adalah gangguan obsesif kompulsif atau dalam bahasa Inggris disebut obsessive compulsive disorder (OCD). Hal yang termasuk dalam gangguan kecemasan ini cukup sering ditemukan dalam praktik sehari-hari. Beberapa kasus di bawah ini mungkin bisa jadi gambaran pasien yang mengalami OCD.
Kasus 1
Pasien laki-laki usia 60 tahun dengan keluhan sering kali lama jika mandi. Pasien bisa menghabiskan waktu sampai 1,5 jam di kamar mandi. Selain mandi, biasanya waktu di kamar mandi dihabiskan untuk membersihkan kamar mandi, termasuk dinding kamar mandinya. Pasien juga sering sekali sulit jika harus berhubungan dengan hitung-menghitung. Pekerjaannya sebagai pemilik toko agak membuatnya sulit menghindari diri dari hitung-hitungan. Dalam pergaulan sosial, pasien juga kesulitan karena khawatir jika bersentuhan atau bersalaman dengan orang. Setiap habis melakukan sesuatu atau memegang sesuatu yang orang lain pegang, maka pasien akan segera mencuci, baik dengan air maupun alkohol yang dia bawa ke mana-mana. Tidak heran kulitnya tampak kering dan kelihatan terkelupas karena seringnya pasien mencuci tangan. Hal ini mulai semakin dirasakan mengganggu ketika pasien berusia 50-an.
Kasus 2
Perempuan usia 27 tahun, ia mengeluhkan tidak mampu menahan diri untuk membersihkan seluruh ruangan apartemen di rumahnya setiap malam sampai dini hari. Pasien hanya berdua tinggal dengan suaminya di apartemen. Pekerjaan bersih-bersih biasanya dilakukan setelah suami pasien pulang dan mandi. Itu karena dia tidak ingin, setelah bersih-bersih, masih ada orang yang masuk ke apartemennya. Bersih-bersih ini selalu dilakukan sebagai ritual menjelang tidur dan ditutup dengan mandi serta membersihkan kamar mandi. Pasien melakukannya sampai menjelang pagi, dan selama kegiatan tersebut suami pasien tidak boleh tidur dan harus menemani pasien.
Ritual yang melelahkan
Pasien yang menderita OCD memang sering kali melakukan ritual terkait bersih-bersih, menghitung dan mengecek barang berkali-kali. Pasien kesulitan menahan impulsnya untuk mengecek atau membersihkan sesuatu berkali-kali walaupun kenyataannya apa yang dilakukannya sudah dilakukan berulang-ulang. Jika tidak melakukan hal tersebut, maka pasien akan merasa gelisah dan kecemasan yang sangat. Saran orang lain tidak akan dihiraukan dan pasien malah marah-marah jika apa yang dilakukannya dilarang.
Gangguan kecemasan OCD termasuk salah satu gangguan kecemasan yang sulit sembuh. Terapi obat pada pasien ini, pada kasus yang berat, membutuhkan obat yang lebih besar dosisnya daripada pada kasus gangguan cemas biasa.
Penggunaan obat Clomipramine dan Sertraline sebagai obat untuk kasus OCD sampai saat ini masih disarankan. Namun, yang terlebih penting adalah terapi perilaku, yaitu pasien harus belajar menahan impuls-impuls untuk melakukan ritual tersebut berkali-kali. Jika pasien biasanya melakukan tiga kali, maka pasien belajar untuk merasa "puas" dengan melakukannya dua kali dan akhirnya satu kali.
Pikiran-pikiran berulang untuk melakukan ritual berulang memang tidak mampu dirasionalkan oleh pasien OCD. Pasien merasa kesulitan untuk mencegahnya datang, dan jika datang juga pasien kesulitan untuk bisa menahannya. Akhirnya, sering pasien harus menyerah dengan pikiran untuk melakukan ritualnya tersebut.
Peran keluarga sangat diharapkan sebagai orang yang bisa mendampingi pasien agar mampu lebih baik dalam pelatihan perilaku agar dia mampu untuk bisa mengurangi tindakan berulang (kompulsif) akibat pikiran-pikirannya yang berulang itu. Pengobatan ke psikiater juga diperlukan agar pasien mampu menjalani kehidupannya lebih baik. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Salam Sehat Jiwa
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.