Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/07/2012, 16:10 WIB

"Seorang pasien laki-laki usia 36 tahun datang dengan keluhan kelelahan yang sangat dan sudah dialami sejak setahun belakangan ini. Pasien juga terkadang merasa nyeri di tulang belakangnya yang kadang disertai oleh nyeri kepala. Hasil pemeriksaan klinis dan laboratorium serta penunjang tidak menunjukkan adanya bukti organis kelainan pada pasien. Pasien menyangkal adanya stres pada lingkungan tempat aktivitasnya sehari-hari dan merasa dirinya tidak dalam kondisi yang stres"

Kasus di atas adalah kasus yang sering saya dapati sehari-hari di tempat praktek saya di Klinik Psikosomatik RS OMNI. Pasien saya memang kebanyakan datang dengan keluhan nyeri fisik dan sebagian besarnya menyangkal tidak mengalami stres atau merasa dirinya tidak stres. Lalu sebenarnya apakah yang dialami pasien ini? Benarkah dia tidak mengalami stres atau memang kondisi stres "berubah" bentuk menjadi kondisi fisik?

Depresi tidak selalu disebabkan stres

Anda mungkin bertanya apa betul apa yang saya tuliskan di atas? Ya anda tidak salah membacanya. Depresi memang tidak selalu disebabkan karena faktor adanya stres. Dalam arti sederhana sering kali para praktisi kesehatan pun sering menggampangkan bahwa orang mengalami depresi pasti karena stres lingkungan, pekerjaan maupun pribadi. Padahal, orang bisa mengalami depresi karena ketidakseimbangan sistem kimiawi di otak dan itu bisa terjadi tanpa pemicu stres yang sifatnya akut.

Jadi memang tidak heran jika banyak pasien saya yang datang berobat mengatakan dirinya saat itu tidak sedang stres tapi mengalami gejala-gejala fisik. Pasien seperti ini bahkan sering kesal kalau dirinya sering dikatakan oleh para dokter sebelumnya "agar tidak stres". Kadang mereka mengeluh "Saya tidak stres kok dibilang jangan stress !".

Apakah benar tidak ada stres sama sekali? Pernyataan itu juga tidak sepenuhnya benar. Yang lebih tepat adalah bahwa stres yang telah diadaptasi dan berlangsung pelan-pelan memang sering kali tidak dirasakan sebagai stres dalam artian stres akut yang mengancam saat ini. Banyak orang yang mengalami stres di awal pekerjaan barunya tetapi lama-lama bisa beradaptasi walaupun pasien sebenarnya belum merasa nyaman dengan kondisi pekerjaannya.

Gejala fisik itu bagian dari depresi

Pada beberapa pasien yang merasa tidak mengalami stres atau menyangkal tidak sedang dalam kondisi stres, sering kali menampilkan gejala fisik sebagai bagian dari kondisi gangguan depresi. Keluhan seperti kelelahan, sakit kepala, sakit perut, sakit tulang belakang atau merasa sakit di seluruh badan adalah keluhan-keluhan fisik yang sangat erat dengan gejala depresi. Gejala-gejala ini pada saat pemeriksaan di dokter akan lebih dikedepankan daripada keluhan emosional seperti perasaan cemas, depresi dan kurang bergairah. Bahkan, ada pasien yang sama sekali tidak pernah menampilkan gejala-gejala mental emosionalnya tapi lebih mengutamakan gejala fisiknya. Inilah yang dalam bahasa medis sehari-hari ada yang menyebutnya sebagai depresi terselubung.

Pemahaman "Psikosomatik"

Berhadapan dengan pasien seperti ini tentunya dokter perlu memahami sekali aspek "Mind and Body" atau yang sehari-hari dikenal dengan istilah Psikosomatik. Pasien seperti ini perlu mendapatkan penjelasan dari dokternya bahwa apa yang dialami adalah bagian dari suatu gangguan kejiwaan yang bisa disebabkan karena ketidakseimbangan sistem kimiawi di otaknya.

Pasien juga perlu mendeteksi sendiri dengan dibantu oleh dokter tentang hal-hal yang sering membuatnya tidak nyaman tetapi sering dikesampingkan. Mengenali stres lingkungan dan pemicu-pemicu di dalam kehidupan pasien akan mampu memberikan pasien kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi tersebut setelah melewati proses psikoterapi. Hal ini tentunya dibantu oleh pemahaman dokter yang mumpuni tentang aspek psikosomatik dalam kasus-kasus praktek klinis apalagi jika berhadapan dengan pasien depresi terselubung.

Salam Sehat Jiwa

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com