Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Asal Silikon

Kompas.com - 05/04/2011, 16:32 WIB

KOMPAS.com — Siapa wanita yang tidak mau memiliki payudara menonjol dan seksi. Sayangnya, tidak semua wanita dikaruniai sepasang payudara yang indah. Bagi yang tidak nyaman dan kurang puas dengan "aset" itu, mereka bisa memperbaikinya dengan menggunakan implan.

Kendati begitu, masyarakat harus lebih berhati-hati dalam melakukan pemasangan implan ini. Walaupun dokter bedah plastik menggunakan implan gel berbahan silikon, silikon cair sangat berbahaya jika dipakai.

Penyuntikan silikon cair dan kolagen ke bagian mana pun dari tubuh akan membuat cairan itu menyatu dengan jaringan tubuh sehingga bila terjadi kelainan akan sulit diangkat, kecuali dengan mengangkat seluruh jaringan tubuh yang rusak itu.

"Satu atau dua tahun pertama biasanya bentuknya masih bagus, tapi setelah itu silikonnya akan melebar dan bagian tubuh yang disuntikkan itu terlihat menggelambir atau menggantung. Tampak tidak wajar," kata dr Laurentius Ariawan, spesialis bedah plastik dari Clinique Suisse Jakarta.

Silikon cair yang sering dipakai sebenarnya adalah pelumas mesin. Saat ini silikon cair dan kolagen juga mudah didapat secara bebas, begitu juga alat suntiknya. Padahal, penggunaannya sangat membahayakan kesehatan.

Untuk pembesaran payudara, menurut dr Ariawan, yang aman adalah lewat prosedur bedah plastik dengan memasukkan bahan yang aman, tidak mudah pecah, dan tidak mengubah reaksi jaringan di sekitar dada.

"Implan yang bagus adalah yang dasarnya padat. Biasanya juga gelnya dimasukkan ke dalam kantong sehingga, jika sampai pecah, maka gel tidak akan masuk ke jaringan," katanya.

Saat ini di pasaran terdapat berbagai variasi implan payudara, dari yang berharga murah, sampai yang berkualitas tinggi. "Ibarat tas, ada yang mereknya asli, ada juga yang aspal atau istilahnya KW. Biasanya yang harganya murah itu berbahan cair, tetapi dikasih pengental. Ini bisa menimbulkan reaksi alergi," katanya.

Implan yang berkualitas rendah juga tidak bisa dipakai terlalu lama. Pada umumnya setelah 3 tahun, implan harus dilepas dan diganti. "Materialnya memang tidak didesain untuk bertahan lama. Jika tidak diganti, sangat rawan pecah," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau