JAKARTA, KOMPAS.com - Infeksi jamur dan bercak putih di mulut disertai bau merupakan salah satu gejala klinis pada orang yang mengidap HIV/AIDS. Di Indonesia khususnya daerah Papua yang tingkat risiko HIV/AIDS-nya tinggi, seorang tenaga medis biasanya dapat dengan mudah mendiagnosa pasien terinfeksi HIV/AIDS tanpa melakukan tes darah atau laboratorium.
"Karena sudah banyak pasien yang seperti itu, suster sudah tahu, sudah biasa. Jadi belum periksa pun, dengan dia cium bau mulut pasien, dia sudah tahu kalau ini sudah AIDS," kata Deputi Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Bidang Program Dr. Fonny J Silfanus, M.Kes, di Jakarta, Kamis, (12/5/2011).
Menurut Fonny, pada awal tahun terjangkit, penderita HIV biasanya tidak akan mengalami gejala-gejala fisik, layaknya orang sehat. Hal itu akan berlangsung selama kurang lebih 5-10 tahun. Namun setelah 10 tahun, gejala-gejala tersebut akan mulai berkembang dan muncul.
"Nah kalau sudah ada gejala-gejala penyakit seperti ada jamur di mulut, berat badan mulai turun, diare, radang paru. Itu yang kita sebut kumpulan gejala-gejala pada orang yang HIV positif, itu yang kita sebut AIDS," lanjutnya.
Fonny menegaskan, sekalipun diagnosa AIDS dapat dilakukan dengan melihat gejala-gejala klinis, namun melakukan tes HIV melalui uji laboratorium tetap harus dilakukan supaya diagnosa lebih akurat.
"Tetap harus konfirmasi dengan tes HIV. Tes darah, diperiksa ada antibodi HIV enggak? Kalo ada antibodi berarti diagnosa pastinya sudah AIDS. Jadi enggak boleh hanya klinis, pastinya harus laboratorium," pungkasnya.
Dalam buku Panduan Kesehatan Keluarga Mayo Clinic dipaparkan, tanda dan gejala HIV dan AIDS cukup bervariasi, tergantung pada fase infeksinya. Pada tahap infeksi awal, pengidap HIV biasanya tidak mengalami gejala. Bahkan gejala tersebut bisa saja tidak muncul sampai 8-9 tahun.
Namun dalam kondisi tersebut, virus akan terus berkembang dan memperbanyak diri dan menghancurkan sel-sel kekebalan. Sampai pada akhirnya, mulai terlihat sedikit gejala infeksi atau tanda-tanda dan gejala kronis seperti membengkaknya kelenjar getah bening, diare, penurunan berat badan, demam, batuk dan napas yang pendek-pendek.
Pada tahap infeksi lanjut atau fase akhir HIV yang biasanya terjadi sekitar 10-11 tahun sejak terkena infeksi, tanda dan gejala yang muncul lebih serius. Gejala tersebut di antaranya infeksi jamur atau bercak putih di mulut, pandangan menjadi kabur, penurunan berat badan, dan membengkaknya kelenjar getah bening sampai lebih dari tiga bulan.
Pada tingkat akhir infeksi yang pada definisi resminya disebut sebagai AIDS ini, pengidap juga dapat mengalami infeksi oportunistik, seperti pneumonia Pneumocystis carinii (PCP). Normalnya orang yang sehat mampu bertahan terhadap infeksi paru-paru ini, tetapi pada penderita dengan sistem kekebalan lemah, jumlah organisme bisa menjadi begitu banyak di dalam paru-paru sehingga menimbulkan kesulitan bernapas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.