KOMPAS.com - Setelah menjalani masa kehamilan selama kurang lebih 40 minggu, secara alami seorang ibu akan memasuki persiapan masa persalinan. Persalinan adalah peristiwa yang normal dan merupakan proses lahirnya janin pada usia kehamilan cukup bulan antara 37 minggu hingga 42 minggu.
Dalam persalinan ada beberapa tahapan yakni kala satu sampai dengan kala 4. Secara ringkas dapat dijelaskan pada kala satu ini adalah sejak dimulainya pembukaan jalan lahir 1 cm sampai pembukaan 10 cm. Kemudian memasuki kala dua yakni fase paling membahagiakan dimana terjadi proses persalinan pengeluaran bayi dari rahim ibu. Selanjutnya adalah kala tiga proses lahirnya plasenta atau ari-ari bayi. Dan yang terahir kala empat yaitu masa setelah plasenta lahir hingga 2 jam sesudahnya.
Pada saat memasuki proses persalinan, seorang ibu hamil boleh memilih posisi yang paling nyaman sembari menunggu pembukaan lengkap. Bahkan ketika ketuban masih utuh ( belum merembes atau pecah) maka seorang ibu hamil yang akan melahirkan boleh melakukan aktifitas berjalan - jalan di sekitar ruang bersalin dan di bawah pemantau seorang bidan agar setiap saat dapat dilakukan monitoring kondisi detak jantung bayi maupun kontraksi rahim.
Posisi persalinan memegang peranan penting ketika seorang ibu dinyatakan sudah siap untuk proses persalinan. Ada beberapa posisi yang di rekomendasikan dengan berbagai macam pertimbangan segi manfaat dan efektifitas selama proses persalinan berlangsung. Namun pada pelaksanaannya dapat pula dilakukan kombinasi berbagai macam posisi persalinan. Misalnya anjuran miring ke kiri, ke kanan, telentang atau posisi jongkok.
Bagaimana saja posisi melahirkan yang dianjurkan dan apa kekurangan dan kelebihan dari masing - masing posisi tersebut?
1.Posisi terlentang atau dalam kebidanan dikenal dengan litotomi.
Pada posisi ini seorang ibu hamil berbaring terlentang sejajar tempat tidur dengan kepala dibantu di sangga oleh suami, atau bidan dan kedua tangan ibu merangkul pelipatan paha di dekatkan ke arah perut dengan bimbingan bidan. Atau dapat pula kedua kaki diletakkan pada penopang kaki yang didesain pada tempat tidur ibu bersalin.
Pada posisi ini memudahkan pemantauan pembukaan jalan lahir, kepala bayi untuk diarahkan dan dipegang mengikuti putaran saat proses lahirnya kepala, serta memudahkan pembebasan bila terdapat lilitan tali pusat pada leher bayi dengan mengarahkan kepala bayi mendekati perut ibu. Penahanan pada perineum antara anus dan vagina dapat dilakukan dengan mudah agar tidak terjadi robekan perineum yang luas.
Kelemahan pada posisi ini adalah suplai oksigen pada janin kurang lancar. Hal ini berkaitan dengan letak pembuluh darah yang besar ibu yang mengaliri palsenta dengan oksigen tertekan oleh berat badan janin. Selain itu pada ibu yang pertama kali mengalami proses melahirkan tak jarang mengalami kelelahan akibat kesulitan mengejan secara efektif berkaitan dengan bentuk jalan lahir yang mengarah ke atas dari dasar panggul.
2. Posisi miring ke salah satu sisi tubuh ( kanan atau ke kiri )
Ibu berbaring posisi lateral, miring ke kanan atau ke kiri sesuai dengan anjuran dokter dan bidan. Kemudian pada saat dimulai proses persalinan, Ibu hamil mengambil posisi dengan satu kaki diangkat ke arah perut dan tangan sisi yang sama diletakkan pada lipatan antara lutut dan paha untuk mendekati dinding perut.
Kelemahan posisi ini menyulitkan memonitor proses keluarnya kepla bayi dari dasar panggul dan bila perlu tindakan pengguntingan jalan lahir akan menyulitkan tindakan episiotomi. Namun demikian posisi miring saat bersalin dapat mempermudah turunnya kepala ke dasar panggul, meringankan ibu saat proses mengejan, tidak melelahkan, mempersingkat proses persalinan dan memperlancar sirkulasi peredaran darah ibu ke plasenta sehingga suplai oksigen ke bayi lebih maksimal.
3. Posisi Jongkok
Posisi persalinan dengan cara jongkok semakin dipilih sebagai proses persalinan alami. Pada asuhan persalinan normal, posisi jongkok ini dapat menjadi pilihan.
Kelebihan pilihan dengan posisi jongkok ini adalah ibu memanfaatkan secara maksimal gaya gravitasi. Dimana secara perlahan bayi akan lebih mudah turun ke dasar panggul, mengikuti bentuk rongga pintu panggul seiring dengan upaya mengejan ibu. Pada posisi jongkok bayi lebih lancar melewati pintu panggul.
Selama proses persalinan dengan posisi jongkok, dokter dan bidan lebih ketat memantau proses turunnya kepala agar tidak meluncur dengan cepat dan mencegah terjadinya cedera. Namun demikian untuk mengantisipasi bila terjadi kemacetan pada saat proses persalinan yang membutuhkan tindakan dan bantuan dokter atau bidan, maka posisi ini kurang menguntungkan sehingga harus segera kembali pada posisi litotomi.
4. Posisi setengah duduk atau semi fowler.
Inilah posisi yang paling sering diambil untuk pertolongan persalinan. Dimana posisi ini ibu hamil tidur terlentang dengan bantal mengganjal punggung atau bisa juga dipangku oleh suami. Posisi ini selain aman untuk pemantaun proses turunnya kepala juga memberi kesempatan dukungan mental bagi ibu bersalin dengan kehadiran suami.
Suami bisa sambil memeluk dan memberi support selama dalam proses persalinan. Posisi ini tidak dianjurkan untuk persalinan yang mengalami perpanjangan kala dua Selain akan menimbulkan rasa lelah karena telentang terus menerus, ibu bersalin juga merasa tidak nyaman pada punggung, akibat penekanan pembuluh darah besar dari ibu ke plasenta maka dapat mengurangi kelancaran suplai oksigen dari ibu ke bayi.
Semoga bermanfaat dan selamat mempersiapkan proses persalinan dengan hati bahagia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.