KOMPAS.com - Minuman isotonik merupakan minuman yang mengandung ion di antaranya ion natrium dan klorida yang merupakan penyusun dari garam dapur. Sedangkan seperti diketahu, konsumsi garam dapur perlu dibatasi terutama bagi mereka yang menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi. Namun benarkah minuman isotonik tidak aman bagi penderita hipertensi?
Dokter spesialis anak Muzal Kadim mengatakan, minuman isotonik aman saja bila dikonsumsi bagi penderita hipertensi. Hal ini dikarenakan kandungan natrium dan klorida dalam minuman jenis ini sangatlah sedikit jika dibandingkan jumlah garam dapur yang disarankan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) per-harinya yaitu 2.400 mg atau 1.500 mg bagi penderita hipertensi.
"Kandungan natrium pada satu liter minuman isotonik hanya seujung sendok teh, sehingga masih aman dikonsumsi oleh penderita hipertensi," ungkap konsultan pencernaan dan hati dari Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) itu saat ditemui Sabtu (23/2/2013) lalu di Jakarta.
Hipertensi menyebabkan tekanan darah di pembuluh darah arteri meningkat sehingga jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah. Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk penyakit seperti stoke, serangan jantung, gagal jantung, dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Selain itu hipertensi juga jadi penyebab penyakit ginjal kronik.
Menurut Muzal, sebaiknya penderita hipertensi lebih membatasi konsumsi garam dari makanan. "Batas konsumsi garam bagi orang hipertensi adalah sekitar setengah sendok teh garam dapur. Maka setelah mengonsumsi minuman isotonik, sebaiknya pasien pun mengurangi konsumsi garam dari makanan hingga tidak melebihi batas maksimal," paparnya.
Kendati demikian, sebaiknya Anda pun tidak mengonsumsi berlebihan minuman isotonik saat tidak melakukan aktivitas fisik yang menyita banyak cairan tubuh. "Fungsi minuman isotonik adalah untuk mengganti cairan yang hilang saat beraktivitas. Aktivitas fisik yang berat dan mengeluarkan banyak keringat lah yang paling membutuhkan minuman isotonik," tandas dokter dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.