Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/06/2013, 12:27 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


Kompas.com - Bencana asap yang terjadi di Sumatera telah membuat pemerintah kalang kabut karena asap juga merambat ke negara tetangga, Malaysia dan Singapura. Selain kerugian ekonomi, bencana asap juga menyimpan bahaya kesehatan yang besar.

Terpapar konsentrasi tinggi asap yang mengandung komponen berbahaya bisa menimbulkan berbagai gangguan pernapasan.

Menurut dr.Agus Dwisusanto, spesialis paru dari RS.Persahabatan Jakarta, komponen asap bisa terdiri dari uap hasil pembakaran, partikel dari bahan-bahan yang terbakar, sampai komponen kuman.

Baca juga: Dedi Mulyadi Cari Kades yang Marah soal Pembongkaran Bangunan Liar di Bekasi

Banyak sedikitnya komponen yang terhirup tergantung pada jarak dan durasi kabut asap.

"Pada orang yang tinggalnya dekat dengan sumber pembakaran tentu konsentrasi kandungan berbahaya dalam asapnya lebih tinggi," katanya ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (25/6/13).

Meski begitu, jika kadar polutan dari asap terkumpul, orang yang berada di daerah yang jauh dari sumber asap juga bisa merasakan dampak yang serius.

Baca juga: Demi Mudik Lebih Longgar, Menag Perpanjang Libur Lebaran Jadi 20 Hari, Ini Rinciannya

Di Singapura, negara yang ikut kena dampak kabut asap, indeks standar polusi (PSI) di sana sudah mencapai 321 yang berarti berbahaya.

"Meski Singapura jaraknya jauh ternyata komponen asap tampaknya terakumulasi di sana. Ini antara lain dipengaruh faktor lingkungan seperti arah angin serta tingkat polusi udara di daerah itu," kata dokter konsultan penyakit paru kerja dan lingkungan dari Departemen Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Kualitas udara yang buruk akibat kabut asap, bisa menimbulkan efek jangka pendek dan jangka panjang terhadap kesehatan.

Baca juga: Menag Majukan Lagi Libur Lebaran Jadi Tanggal 21 Maret agar Mudik Lebih Longgar

Dalam jangka pendek asap akan mengiritasi membran mukosa tubu, mulai dari mata, sampai saluran napas. "Pada mata pasti akan merah, perih, dan berair. Sedangkan pada saluran napas menyebabkan bersin-bersin dan produksi dahak meningkat," katanya.

Ditambahkan oleh dr.Nastiti Kaswandani, spesialis anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM Jakarta, kabut asap juga bisa menyebabkan rangsangan pada saluran napas sehingga mencetuskan alergi.

"Yang sudah terkena asma bisa muncul serangan asma lebih sering, demikian juga yang menderita rhinitis alergi," kata Nastiti.

Jangka panjang

Baca juga: Pembelaan Pengurus RW Jembatan Lima Minta THR ke 40 Perusahaan: Wajar, Ibarat CSR

Partikel berbahaya dalam kabut asap juga akan merusak mekanisme pertahanan alami disaluran pernapasan.

"Dalam saluran napas ada sistem kompleks yang tugasnya menyapu kotoran, debu, atau kuman. Nah, asap ini akan merusak silia dalam saluran napas sehingga sistem pertahanan tubuh di saluran napas turun," kata Nastiti.

Dalam jangka panjang, rusaknya pusat pertahanan alami saluran napas ini akan mempermudah masuknya kuman. "Akibatnya daya tahan tubuh lebih lemah, kalau adau kuman yang berbahaya seperti kuman TBC yang tadinya bisa dilemahkan menjadi mudah masuk," katanya.

Pada orang yang punya kebiasaan merokok, mekanisme pertahanan di saluran napasnya juga gampang rusak. "Karena mekanisme pertahanannya tidak bagus lagi akhirnya lebih rentan kena penyakit," paparnya.

Menurut Agus, jika paparan kabut asap berlangsung berminggu-minggu, bisa menurunkan fungsi paru. "Efeknya bisa menyebabkan batuk kronis, penyempitan saluran napas, bahkan bisa memicu asma pada orang yang sebelumnya tidak punya riwayat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Baca tentang

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Beda Jokowi dan Prabowo Menurut Jaksa Agung ST Burhanuddin
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Verifikasi akun KG Media ID
    Verifikasi Akun
    Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
    199920002001200220032004200520062007200820092010
    Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
    Verifikasi Akun Berhasil
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau