Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/07/2013, 13:22 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com - Terik matahari biasanya menjadi alasan banyak orang untuk menunda aktivitas, apalagi yang bersifat sukarela. Begitu pula siang itu, matahari dengan gagahnya memancarkan cahaya. Tak banyak orang lalu lalang di sepanjang jalan itu seperti hari-hari biasanya, kecuali kendaraan bermotor yang melesat dengan cepatnya.

Sebuah gedung bercat putih di pinggir jalan Kramat Raya itu pun tampak sepi . Hanya segelintir kendaraan yang keluar masuk gedung. Di dalamnya, orang-orang yang duduk di kursi bahkan bisa dihitung jari. Gedung itu adalah kantor Palang Merah Indonesia (PMI) DKI Jakarta.

Sudah dua hari terakhir, tempat ini tak banyak disambangi pendonor. Bukan rahasia lagi, peminat donor darah di bulan Ramadhan tak sebanyak di bulan lain. Alasan malas keluar, takut lemas, takut pingsan, takut sakit, bahkan takut membatalkan puasa kerap kali dilontarkan orang jika diminta berdonor.

Namun alasan-alasan itu tak berlaku buat Seno (36). Pria itu tetap melakukan aksi sukarela itu meski tengah menjalani ibadah puasa. "Saya sudah rutin (donor darah), jadi biasa saja," ujar pria yang bahkan tidak ingat kapan pertama kalinya mendonorkan darahnya ini saat ditemui di Gedung PMI DKI Jakarta, Kamis (11/7/2013).

Seno termasuk orang yang disiplin mendonorkan darahnya. Terbukti dari kemauannya tetap berdonor sesuai jadwal meski bertepatan dengan Ramadhan. Sementara itu, banyak orang yang meskipun sudah rutin namun sengaja menunda sehabis lebaran untuk jadwal donor yang selanjutnya.

Seperti yang diketahui, donor darah dijadwalkan sekitar 3 bulan sekali, atau minimal 75 hari. Waktu tersebut dibutuhkan tubuh untuk memproduksi kembali darah yang sudah dikeluarkan saat donor darah sebelumnya. Ketika sudah mencapai waktu 75 hari, sel-sel darah yang diproduksi sudah matang, dan siap untuk didonorkan lagi.

Sebagian orang memilih untuk donor darah di malam hari setelah berbuka puasa. Mungkin lantaran sudah tak berpuasa, maka donor darah terasa agak ringan. Namun tidak dengan Seno. Baginya, mendonor di siang hari merupakan pilihan yang lebih baik. "Kalau malam pakai ngantre, mending siang, langsung (dilayani)," kata pria yang berdomisili di sekitar Gedung PMI itu.

Hal serupa dilakukan Soni (52). Karyawan di salah satu perusahaan minyak terkemuka di Indonesia ini juga mendonorkan darahnya saat berpuasa lantaran memang sudah jadwalnya.

"Ini sudah yang ketigapuluhkalinya saya donor darah. Enggak masalah saat puasa," ungkapnya.

Soni mengaku tidak memiliki persiapan khusus untuk mendonor saat berpuasa. Ia tetap sahur dan tidur seperti biasanya. "Ya paling cuma enggak begadang. Tapi kan saya juga enggak setiap hari begadang, jadi biasa saja," tuturnya.

Donor darah diketahui memiliki banyak manfaat, antara lain dapat membuat tubuh lebih bugar lantaran tubuh selalu bisa memproduksi darah baru. Bahkan, sekalipun dilakukan saat sedang berpuasa, donor darah tetap memberikan manfaat yang sama.

"Donor darah saat puasa tidak akan membuat lemas, pingsan, ataupun sakit. Asalkan pendonor sahur dan berbuka dengan porsi makan yang cukup baginya dan cukup tidur di malam sebelumnya," papar Kepala PMI DKI Jakarta Salimar Salim.

Ia mengatakan, bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah memfatwakan donor darah selama berpuasa tidak akan membatalkan puasa. Fatwa tersebut telah dicetuskan sejak tahun 2000 silam. Penurunan jumlah pendonor darah di bulan Ramadhan, lanjut Salimar, memang cukup signifikan. Di minggu-minggu akhir Ramadhan, penurunan bisa mencapai 60 persen. Bahkan hingga dua minggu setelah lebaran mencapai 70 persen.

Namun PMI tak diam saja melihat fenomena tersebut. Lembaga tersebut melakukan pelbagai kerja sama dengan berbagai pihak untuk menambah stok darah selama bulan Ramadhan. Kerja sama dilakukan dengan beberapa perusahaan swasta, maupun instansi pemerintah agar mengadakan donor sebelum Ramadhan tiba, atau mesjid agar mengadakan donor darah sehabis shalat tarawih.

Bahkan juga tempat peribadatan lainnya. Bagaimanapun, darah merupakan kebutuhan yang tidak mengenal waktu. Andai pasokan darah menurun atau stok menipis, kebutuhan darah tetap sama. Maka elokkah menunda kebaikan untuk membantu sesama demi kepentingan "kenyamanan" beribadah?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau