Komplikasi pada susunan saraf disebut dengan neuropati. Sekitar separuh dari penderita diabetes beresiko mengalami komplikasi ini. Kondisi ini merupakan persoalan besar karena pada tahun 2020 diperkirakan jumlah pasien diabetes akan meningkat dua sampai tiga kali lipat.
Menurut dr.Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), ada beberapa gejala neuropati yang perlu diwaspadai, antara lain rasa kesemutan, baal, dan rasa panas.
"Rasa baal sering tidak disadari, tahu-tahu kakinya tertusuk paku tidak terasa apa-apa," kata dokter yang menjadi konsultan neurologis dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Jika tidak cepat diatasi, luka parah pada kaki bisa menyebabkan infeksi, borok parah, dan bisa terancam diamputasi.
Manfaluthy menjelaskan, kerusakan saraf pada pasien diabetes bisa dicegah, terutama dengan menjaga agar kadar gula darah tetap normal.
"Usahakan untuk mencapai angka di bawah 130 mg/dL sesudah puasa 8 jam, atau sesudah makan di bawah angka 180 mg/dL dan angka HbA1c di bawah angka 7 persen," katanya.
Selain itu, diabetesi juga disarankan lebih memperhatikan pola makannya dengan mengurangi konsumsi makanan berlemak dan olahraga secara teratur.
Berpuasa, menurut Manfaluthy, juga bisa membantu mencegah kerusakan saraf. Tetapi diabetesi yang boleh berpuasa adalah mereka yang kadar gulanya terkendali dengan baik.
"Saat berpuasa produksi sampah atau racun dalam tubuh akan berkurang sehingga risiko kerusakan saraf pun bisa ditekan. Beberapa pasien diabetes yang berpuasa juga mengatakan gejala neuropati seperti rasa nyeri jauh berkurang, sehingga dosis obat juga dikurangi," katanya.
Konsumsi vitamin B yang cukup, terutama vitamin B1,B6, dan B12, sangat disarankan untuk menjaga sel-sel saraf.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.