Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/12/2013, 12:28 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber foxnews
KOMPAS.com — Setiap orang pasti pernah memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan, dan sebagian dari pengalaman tersebut bahkan bersifat traumatis. Berangkat dari itulah, sebuah studi baru yang dipublikasi dalam jurnal Nature mencari cara untuk "menghapus" memori buruk sehingga membantu orang untuk memperbaiki kesehatan mentalnya.

Para peneliti menemukan, menghapus memori mungkin dapat dilakukan dengan menggunakan electroconvulsive therapy (ECT). ECT selama ini digunakan untuk mengobati gejala depresi parah. ECT bekerja dengan memicu penyusutan pada otak sehingga dapat meringankan gejala depresi.

Kendati demikian, efek samping dari ECT adalah dapat menghilangkan sebagian memori. Namun, efek samping tersebut justru dimanfaatkan peneliti untuk menghilangkan sebagian memori yang berdampak traumatis.

"Ini terdengar seperti science fiction, seperti di film ada orang kehilangan ingatannya sehingga tidak saling mencinta lagi, dan seseorang yang kehilangan memorinya untuk memulai sebuah kehidupan yang baru," ujar Keith Ablow, psikiater dari Johns Hopkins University, Amerika Serikat, yang tidak terlibat dalam studi.

Studi yang dipublikasi dalam jurnal Nature tersebut melakukan percobaan pada orang yang menjalani prosedur ECT untuk mengobati depresi. Sebelum menjalani prosedur, pasien diceritakan tentang kisah yang traumatis, seperti seorang anak yang harus menjalani amputasi kaki, dan sebagainya. Seminggu kemudian, setelah menjalani ECT, mereka diminta untuk menceritakan kembali kisah tersebut.

Namun ternyata, mereka tidak mampu menceritakannya kembali. Dengan kata lain, kemampuan mereka untuk mengingat menurun drastis sehingga dipastikan ada penyusutan pada otak.

Ini artinya, kini manusia sudah dapat menemukan cara untuk menghilangkan memori buruk yang pernah menimpa mereka. Misalnya, memori tentang kecelakaan atau perang yang menimbulkan trauma dapat "dihapus" dari otak seseorang.

Kendati demikian, psikiater M Scott Peck memperingatkan untuk selalu melihat sisi negatif dari sebuah penemuan. Ketika "penghapusan" memori tersebut terlalu jauh dilakukan, dikhawatirkan bukan hanya rasa sakit yang "hilang", melainkan juga kemampuan merasakan hal lainnya, termasuk kenikmatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau