Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/02/2014, 14:05 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis

Sumber Daily Mail


KOMPAS.com — Seorang manusia idealnya mengonsumsi beragam jenis makanan, baik padat atau cair. Kandungan gizi dari makanan yang beragam dan bervariasi penting untuk mencukupi kebutuhan nutrisi setiap hari. 

Bila seseorang mengonsumsi salah satu jenis makanan saja secara terus-menerus tentu dapat berakibat buruk pada kesehatan. Namun karena mengalami suatu kelainan, tak mustahil hal itu bisa terjadi.

Kondisi itu pula yang dialami Manju Dharra, wanita asal India berusia 25 tahun. Karena suatu kelainan, ia hanya sanggup mengonsumsi makanan dalam bentuk cair. Dalam sehari, Manju minum 4-5 liter susu ditambah teh, air, dan kaldu cair.

Manju mengalami kondisi yang disebut achalasia yang mengakibatkan dia seketika muntah bila mengonsumsi makanan padat. “Setiap kali muntah seusai makan, saya merasa sangat buruk. Sekarang saya merasa takut tiap melihat makanan padat,” katanya.

Menurut ibu Manju, Bhagwati Dharra, kondisi putrinya tidak disadari hingga berusia 2 tahun. Pertama kali mengetahui, Bhagwati menganggap putrinya hanya rewel dan nakal saat makan. Namun seiring waktu, Bhagwati menyadari kondisi putrinya tidak biasa.

Pada saat itu, Bhagwati mencoba memperkenalkan Manju pada makanan padat seperti nasi dan roti. Namun, anaknya menangis dan akhirnya sakit. Keluarga membawa Manju ke berbagai dokter dan menjalani beragam pengobatan, tetapi semuanya tidak membuahkan hasil.

Keluarga Manju tidak mampu membawanya berobat ke spesialis atau menjalani operasi. Sebagai gantinya, keluarga Manju menggunakan biaya yang ada untuk merawat sapi, sehingga asupan susu Manju selalu terjamin.

“Keadaan ekonomi keluarga kami tak sebaik itu, sehingga Manju bisa melanjutkan studinya. Manju punya 2 saudara laki-laki dan 5 saudara perempuan, semuanya sehat dan tidak ada yang mengalami kondisi serupa,” kata ayah Manju, Ramkanwar Dharra.

Menurut dokter spesialis anak di Jaipur, Adarsh Sharma, achalasia hanya bisa diobati lewat operasi. Achalasia terjadi saat kerongkongan kehilangan kemampuan memindahkan makanan. Hal ini terjadi karena katup kerongkongan tidak bisa membuka sehingga makanan gagal masuk ke dalam perut. Akibatnya makanan "nyangkut" di kerongkongan dan menyebabkan penderitanya muntah.

Pada tubuh manusia terdapat cincin otot yang disebut cardiac sphincter. Otot ini menjaga katup kerongkongan ke arah perut tidak membuka sehingga mencegah terjadinya refluk akibat cairan asam dalam rongga perut. Pada keadaan normal, saat menelan makanan, otot dalam kondisi rileks. Keadaan ini memudahkan makanan masuk dalam rongga perut.

Pada penderita achalasia, otot ini tidak pada kondisi rileks. Akibatnya kerongkongan penuh terisi makanan yang tidak bisa masuk ke dalam perut. Operasi diperlukan untuk memperbaiki otot cardiac sphincter dan menyelesaikan masalah.

Achalasia adalah kondisi yang sangat jarang. Penyebab achalasia masih belum diketahui, tetapi kemungkinan berhubungan dengan infeksi virus. Kondisi ini menyebabkan kerusakan pada jaringan saraf pada dinding kerongkongan.

Pengobatan untuk mengatasi achalasia bertujuan merelaksasi katup pada jalur masuk ke rongga perut, menggunakan suntikan botoks pada jaringan otot. Pengobatan juga bisa dilakukan lewat operasi, dengan memotong jaringan otot yang gagal rileks, dan memudahkan menelan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau