KOMPAS.com - Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Ina Agustina Isturini menegaskan bahwa stigma negatif terhadap pasien tuberkulosis (TBC) dapat menghambat keberhasilan penanganan penyakit tersebut.
Menurutnya, TBC memerlukan dukungan dari semua pihak, termasuk keluarga dan masyarakat, untuk menyukseskan proses pengobatan.
"TBC itu harus membutuhkan dukungan semua orang, penting mendukung pasien yang berobat atau keluarganya. Jangan memberikan stigma, karena stigma itu yang menghambat keberhasilan penanganan TBC," ujar Ina, seperti ditulis oleh Antara, Selasa (21/1/2025).
Baca juga: Kemenkes Soroti Pentingnya Deteksi Dini dalam Penanggulangan TBC
TBC tetap menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia, dengan angka kematian yang tinggi.
Selain dampak kesehatan, penderita TBC juga kerap menghadapi perlakuan diskriminatif dari lingkungan sekitar.
Ina menegaskan bahwa TBC sebenarnya adalah penyakit yang dapat disembuhkan, asalkan segera didiagnosis dan pengobatannya dilakukan hingga tuntas.
Ia juga mengingatkan bahwa penularan TBC dapat dicegah dengan melakukan skrining terhadap kontak erat dan individu yang berisiko tinggi.
"Dicegah itu ketika ada kasus TBC yang positif langsung dicari siapa saja yang kontak dan siapa saja serumah dan kelompok tertentu yang berisiko tinggi terkena TBC," kata Ina.
Ia juga menyarankan agar masyarakat yang merasa memiliki gejala TBC segera memeriksakan diri ke rumah sakit untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.
Jika seseorang diketahui berkontak dengan penderita TBC, maka penting untuk segera melapor agar bisa diberikan pengobatan.
"Orang TBC kalau sudah diobati, 1-2 bulan dia sudah tidak menularkan lagi. Tetapi sebaliknya kalau tidak mengajukan pengobatan dengan tepat maka akan menyebar ke mana-mana," ujarnya.
Baca juga: Skrining Kesehatan Gratis, Kemenkes Imbau Aktifkan BPJS Kesehatan
Lebih lanjut, Ina menyebutkan pentingnya memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya penanganan dan pencegahan TBC.
Menurutnya, masalah ini tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah saja, melainkan memerlukan kolaborasi dari berbagai pihak.
"Jadi kolaborasi lintas sektor mulai dari pusat hingga daerah, pelibatan akademisi, swasta, masyarakat, hingga media perlu dalam upaya ini," kata Ina.
Kolaborasi berbagai pihak diharapkan dapat mempercepat penanggulangan TBC dan mengurangi stigma negatif yang selama ini menghambat pengobatan penyakit ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.