KOMPAS.com - Olahraga lari memang sangat mengandalkan kekuatan otot kaki dan lutut. Tak heran jika banyak orang menilai berlari dapat lebih cepat merusak lutut. Namun ternyata sebuah penelitian baru membuktikan tidak demikian. Studi bahkan juga mencatat, berlari tidak lebih menyebabkan permasalahan lutut daripada berjalan.
Dalam studi tersebut, peneliti melakukan analisis pada orang dewasa yang melakukan lari atau jalan atau kegiatan bergerak lainnya yang diukur dari dampak, tekanan, dan muatan yang ada pada setiap langkahnya dalam jarak tertentu. Hasilnya menunjukkan, berlari memberikan dampak pada lutut tiga kali lebih besar daripada berjalan.
Hanya saja, jika digabung dengan waktu yang dipakai pelari di udara dan jarak berlari, dampak tersebut hampir sama dengan orang yang berjalan kaki. Sehingga peneliti mengambil kesimpulan, berlari tidak lebih banyak memberikan dampak pada lutut dibandingkan berjalan.
Sementara itu, tekanan pada lutut pelari dengan berat badan berlebih telah lama menjadi perhatian. Penelitian menunjukkan, pelari dengan berat badan berlebih memiliki peningkatan risiko mengalami osteoarthritis, penyakit menipisnya tulang rawan pada lutut.
Kendati demikian, menurut Bill Hartman, peneliti sekaligus pemilik Indianpolis Fitness and Sports Training, bagi pelari yang sehat dan berat badan ideal, dampak di lutut justru akan membuat tulang rawan makin kuat. Namun pada pelari dengan berat badan berlebih, berlari dapat menyebabkan risiko menurunnya mobilitas karena permasalahan sendi di kemudian hari.
"Maka sebelum mulai berlari, sebaiknya orang dengan berat badan berlebih mengurangi berat badannya terlebih dahulu dengan jenis olahraga lain yang berdampak rendah pada sendi, seperti berenang," kata Hartman.
Peneliti studi Ross Miller menjelaskan, saat berjalan, lutut mendapat tekanan dua hingga tiga kali dari berat badan. Sementara itu, saat berlari, tekanan ini lebih besar lagi, yaitu antara lima hingga dua belas kali dari berat badan, tergantung kecepatan dan bentuk berlarinya.
"Namun saat berjalan, 60 persen waktu kaki dihabiskan di tanah, dan berlari hanya 30 persen saja, karena saat berlari, tubuh lebih banyak berada di udara. Jadi, meski tekanannya lebih tinggi, namun tidak dirasakan lama. Ditambah lagi, langkah yang dihasilkan saat berlari lebih panjang dibandingkan berjalan. Artinya, semakin sedikit langkah yang dilakukan untuk mencapai jarak yang sama dibanding berjalan," papar Miller.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.