KOMPAS.com - Permasalahan higiene kini memang tidak sebesar dulu ketika akses air bersih dan bahan-bahan penunjang kebersihan masih sulit didapat. Kendati demikian, ternyata masih saja ada salah kaprah dalam kebersihan yang mungkin tidak disadari.
Berikut beberapa hal yang mungkin sederhana namun masih menjadi salah kaprah pada sebagian masyarakat.
1. Sabun membunuh bakteri
sabun dipecaya bisa melenyapkan bakteri pada tangan, kaki, atau bagian tubuh lain. Namun, sebenarnya sabun bukan membunuh bakteri, melainkan mengambilnya dari permukaan kulit dan ketika dibilas dengan air, bakteri terbawa pergi dari kulit. Dengan kata lain, sabun hanya memindahkan bakteri dari bagian tubuh ke tempat lain. Kecuali jika yang digunakan adalah sabun antibakteri.
2. Cuci rambut perlu setiap hari
Rambut memang salah satu tempat bersarang bakteri. Sehingga bagi sebagian orang, rambut perlu dicuci setiap hari supaya bersih. Hanya saja, menurut Michelle Hanjani pakar kulit dari Columbia University, mencuci rambut setiap hari hanya akan menghilangkan kelenjar minyak di kulit kepala.
"Padahal kulit kepala secara alami membutuhkan minyak. Sehingga untuk mengatasi kekurangan minyak setelah keramas, kelenjar minyak di kulit kepala pun memproduksi lebih banyak minyak," jelasnya.
3. Toilet umum sangat kotor
Sebagian toilet umum memang relatif kotor, namun sebenarnya risiko sakit dari infeksi bakteri yang ada di sana cukup kecil. Ini karena bakteri pada permukaan dudukan toilet hanya akan bertahan dalam waktu yang terbatas sehingga akan sangat jarang hingga menyebabkan infeksi.
4. Keringat menyebabkan bau badan
Tak lama setelah berkeringat, bau badan biasanya mulai merebak. Namun faktanya, bukan keringat lah yang menyebabkan bau badan,karena saat dikeluarkan keringat hanyalah air yang tidak berbau. Yang membuatnya bau adalah bakteri pada kulit yang memecah partikel keringat.
5. Sabun antibakteri lebih baik dari sabun biasa
Baru-baru ini sebuah penelitian menemukan, agen antibakteri tidak bekerja sebaik yang dibayangkan sebelumnya. Bahkan penggunaannya secara berlebihan justru akan memicu resistensi bakteri terhadap antibiotik. Karena itu, para peneliti menyarankan untuk hanya menggunakan sabun biasa daripada sabun antibakteri.