Menurut Adi W. Taroepratjeka, ahli kopi, konsumsi kopi sebenarnya tidak selalu berdampak buruk pada asam lambung. "Secara ilmiah, orang bilang bahwa kopi sifatnya asam. Espresso umumnya punya tingkat keasaman sekitar 5-5,5. Padahal, jus jeruk punya pH 4 dan rujak cuka punya pH 3,5. Bila makan yang lebih asam bisa, mengapa kopi tidak bisa?" tutur Adi, yang ditemui di sela acara peluncuran mesin kopi di Jakarta (2/9).
Kopi jenis arabika, menurut Adi sebenarnya cukup aman untuk lambung karena kadar kafein dalam kopi ini lebih rendah. "Istri saya pernah juga punya pengalaman selalu sakit maag setelah minum kopi. Lalu saya sarankan untuk minum kopi arabika, ternyata aman," katanya.
Adi menambahkan, kandungan kafein yang tinggi pada kopi memang dapat bersifat racun. "Lambung punya batas tertentu untuk mentolerir kafein dalam kadar tertentu," ujar Adi.
Batas normal konsumsi kopi adalah dua cangkir sehari. Kadar kafein dalam dua cangkir kopi setara dengan tiga shot espresso. Batasan tersebut dinilai aman, malah menyehatkan.
"Banyak orang membuat kopi dari biji yang pecah dan kecil. Untuk mendapatkan jumlah kopi yang sama, otomatis dibutuhkan biji kopi yang lebih banyak. Alhasil, meski sama-sama satu cangkir, tapi kadar kafeinnya bisa lebih banyak," ungkap konsultan kopi tersebut.
Menanggapi produk kopi putih instan yang kini banyak dijual, Adi tak terlalu merekomendasikan. Walau lebih bersahabat dengan lambung, tapi kandungan gulanya yang tinggi.
"Kopi hitam, meskipun manis, terdiri dari komposisi kopi yang lebih tinggi dibanding gulanya. Berbeda dengan kopi putih instan, kadar gula dan krimer yang lebih tinggi dari kopinya sendiri," tandasnya.