Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/04/2015, 07:27 WIB

KOMPAS.com - Tinggi badan seseorang ternyata bisa berpengaruh pada kondisi kesehatan secara umum. Dalam studi terbaru disebutkan, orang bertubuh pendek beresiko lebih besar terkena gangguan jantung. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh genetika.

Peneliti menganalisis informasi dari 65 ribu orang lebih dengan penyakit koroner arteri dan 128 ribu orang yang tidak memiliki penyakit tersebut. Penyakit arteri koroner adalah gangguan jantung di mana plak terbentuk di arteri yang menyuplai darah ke jantung.

Mereka mengamati 180 tanda genetika yang diketahui mempengaruhi tinggi badan seseorang, untuk melihat apakah itu berkaitan dengan penyakit jantung dengan gangguan arteri koroner.

Diketahui, setiap  pertumbuhan sekitar 6,35 cm pada tinggi badan seseorang, risiko terkena gangguan arteri koroner berkurang hingga rata-rata 13,5 persen. Sebagai contoh, risiko penyakit arteri koroner  akan meningkat sebesar 32 persen bagi orang yang memiliki tinggi badan sekitar 152 cm dibandingkan orang dengan tinggi 167 cm.

"Meskipun banyak pula faktor gaya hidup, seperti merokok, juga berpengaruh, temuan ini menekankan bahwa penyebab penyakit jantung sangat kompleks," ujar Dr. Nilesh Samani, peneliti studi sekaligus profesor kardiologi di Univerisity of Leicester, Inggris.

Penelitian ini juga menemukan bahwa orang yang memiliki lebih banyak penanda genetik peninggi badan, berisiko lebih rendah terkena penyakit arteri koroner. Orang yang memiliki penanda genetik tersebut risikonya 26 persen lebih rendah terkena penyakit ini daripada orang yang paling sedikit memiliki genetikanya.

Kaitan antara tinggi badan dan penyakit arteri koroner ditemukan hanya pada pria, tidak pada wanita. Namun harus dicatat bahwa subyek dalam penelitian ini adalah orang-orang di negara Barat yang secara postur memang tinggi.

Sejumlah studi telah mengaitkan tubuh pendek dengan risiko penyakit jantung, tetapi tidak diketahui apakah hubungan ini bersifat langsung atau karena faktor-faktor lain, seperti gizi buruk selama masa kanak-kanak yang dapat mempengaruhi tinggi dan seseorang atau risiko penyakit jantungnya.

Dr. Andrew Freeman, direktur kardiologi klinis di National Jewish Health Denver, mengatakan penelitian itu tak bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa orang yang tingginya atau pendek ekstrem memiliki risiko lebih tinggi akan kematian dini.

Sebuah penelitian pada tahun 2012 menemukan bahwa orang yang lebih pendek cenderung meninggal akibat masalah jantung atau stroke.

Namun itu tidak berarti orang yang pendek harus khawatir akan temuan tersebut. "Hanya karena Anda lebih pendek atau punya genetika menjadi pendek, tidak berarti itu Anda akan mengalami penyakit arteri koroner," tegas Freeman yang tidak terlibat dalam penelitian ini.

Walau kita tak bisa berbuat apa-apa terhadap faktor genetik, tapi kita bisa meminimalkan risiko terkena penyakit jantung dengan menjaga faktor risiko lain. Walau klise, tapi menjaga pola makan, cukup istirahat, dan olahraga teratur berdampak besar menurunkan risiko penyakit jantung.

Hasil studi ini juga menemukan, penyakit jantung koroner pada orang berpostur pendek juga merupakan akibat dari kadar kolesterol dan lemak yang tinggi.  (Purwandini Sakti Pratiwi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau