Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jalani Diet yang Disuka Belum Tentu Bikin Langsing

Kompas.com - 18/06/2015, 07:30 WIB
Kontributor Health, Diana Yunita Sari

Penulis

Sumber Reuters
KOMPAS.com - Memilih dan menjalani diet yang disuka untuk membantu penurunan berat badan nampaknya tidak memberi efek yang berarti. Walau ada penurunan, hasilnya ternyata hampir sama dengan mereka yang menjalani diet yang diberikan secara acak. 

Banyak ahli merekomendasikan untuk memilih rencana diet yang terlihat menarik. Hanya saja, studi kecil yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan, kalau hasil yang diperoleh cenderung sama seperti halnya ketika diminta untuk diet yang bukan menjadi pilihannya. 

Dikatakan Dr. William S. Yancy, Jr., penulis utama penelitian dari Durham VA Medical Center, Carolina Utara, hal ini berlawanan dengan apa yang dipikirkan banyak orang. Karena nyatanya, membolehkan orang-orang untuk memilih dietnya, tidak memberikan perbedaan besar secara klinis. 

Bersama rekannya, Dr. Yancy membagi acak sekitar 200 dewasa gemuk (sekitar seperempatnya adalah perempuan), dalam dua kelompok. Partisipan dari satu kelompok, diperbolehkan memilih salah satu dari dua diet pilihan yang disukai, diet rendah karbohidrat atau rendah lemak.

Sebelumnya, mereka mengisi kuesioner tentang frekuensi makanan untuk kemudian oleh periset dijelaskan hasil yang diperoleh mengindikasikan pilihan untuk tinggi protein (yang baik unutk diet rendah karbohidrat) atau tinggi karbohidrat serta gula (yang baik untuk diet rendah lemak). Mereka, bila menginginkan, juga diperbolehkan mengubah dietnya setelah tiga bulan. 

Sementara dalam kelompok pembanding, mereka secara acak diminta untuk menjalani satu diet, terlepas dari makanan yang disukai. Mereka juga tidak memiliki pilihan untuk mengganti rencana dietnya itu. 

Selama 48 minggu, partisipan menggunakan buku serta informasi cetak, juga telepon dan konseling kelompok, dalam menjalani diet masing-masing. Mereka yang berada di diet rendah karbohidrat membatasi asupan karbohidratnya hingga 20 gram per hari dan tidak membatasi kalori. 

Untuk responden yang ada dalam diet rendah lemak, membatasi lemaknya hingga 30 persen dari asupan kalori harian. Lemak jenuh dibatasi hingga 10 persen dari kalori dan kalori total dibatasi hingga 500, lebih rendah daripada kebutuhan energi untuk pemeliharaan harian. 

Dalam kelompok pilihan, hampir 60 persen memilih diet rendah karbohidrat. Hanya lima dari mereka memilih untuk mengubah rencana dietnya setelah tiga bulan. Di kelompok pembanding, 52 persen diminta untuk menjalani diet rendah karbohidrat. 

Setelah hampir setahun, mereka dalam kelompok pemilih mengalami penurunan rata-rata 5,7 kg sedangkan di kelompok pembanding mengalami penurunan rata-rata hampir 6,8 kg. Secara statistik, seperti dilaporkan periset dalam Annals of Internal Medicine, hasilnya mirip. 

"Secara intuitif, terang Dr. Yancy, hal ini cukup masuk akal. Bila orang memilih untuk menyantap makanan yang disuka, mereka memiliki kemungkinan menyantap lebih banyak. 

Ditambahkan Bradley C. Johnston, dari Hospital for Sick Children Research Institute, Toronto dan McMaster University, Hamilton, Ontario, hal ini akan menjadi menarik untuk melihat cara kelompok tersebut mempertahankan penurunan berat badan dalam 2-3 tahun kemudian. 

Secara umum, menghindari penekanan atas rendah lemak atau karbohidrat dan memfokuskan pada makanan sehat seperti buah, sayur, daging tanpa lemak, mempraktikkan sejumlah pembatasan kalori bersamaan dengan melakukan olah raga moderat serta menemukan pasangan atau komunitas dengan target penurunan berat badan, akan menambah peluang keberhasilan dari upaya menjadi langsing. 

Temuan ini menjadi pengingat bahwa untuk benar-benar menurunkan berat badan, Anda harus membuat perubahan dalam diet. Dan perubahan tersebut, bisa jadi tidak selalu yang Anda suka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com