Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/01/2016, 20:17 WIB
Lily Turangan

Penulis

Sumber ABCNews

KOMPAS.com - Para pakar kesehatan kini sedang menyelidiki, hubungan antara virus Zika dengan sindrom paralisis yang jarang terjadi yang disebut Guillain-Barre.

Sindrom ini menyerang saraf dan muncul ketika sistem imun sedang rendah, setelah orang yang bersangkutan terjangkit flu atau jenis virus lain.

Di dalam laporannya, WHO dan Pan American Health Organization, menyatakan bahwa mereka menemukan beberapa kasus virus Zika di berbagai belahan dunia.

Para petugas kesehatan dari berbagai negara sedang berusaha menghentikan penyebaran Zika setelah seorang bayi di Brasil mengalami cacat lahir terkait dengan virus tersebut.

Gejala umum virus ini adalah demam, ruam, mata merah yang berlangsung selama seminggu, demikian menurut U.S. Centers for Disease Control and Prevention.

Menurut laporan WHO pada Juli 2015, pemerintah Brasil mengatakan bahwa para pasien yang terinfeksi, rata-rata mengalami sindrom gangguan saraf. Dari 42 yang didiagnosa menderita sindrom Guillain-Barre, 26 di antaranya disinyalir karena infeksi Zika.

Menurut CDC, sindrom muncul pada pasien yang sudah pernah terjangkit sebelumnya dan tim kesehatan bekerja meneliti segala kemungkinan.

Sejalan dengan kekhawatiran terhadap wabah Zika, CDC mengeluarkan peringatan agar wanita hamil menunda kepergian mereka ke negara-negara yang terjangkit yaitu: Barbados, Bolivia, Ekuador, Guadeloupe, Saint Martin, Guyana, Cape Verde, Samoa, Brasil, Kolombia, El Salvador, Guiana Prancis, Guatemala, Haiti, Honduras, Martinique, Meksiko, Panama, Paraguay, Suriname, Venezuela dan Puerto Rico.

Dr. William Schaffner, pakar penyakit infeksi dari  Vanderbilt University Medical Center, mengatakan bahwa perkembangan Guillain-Barre sudah mengkhawatirkan dan akan sangat berbahaya jika mencapai diafragma, karena bisa menyebabkan kesulitan bernapas.

Schaffner mengatakan, sindrom dapat diobati dengan infus plasma untuk membantu mengkalibrasi sistem kekebalan tubuh, tetapi pasien dapat lumpuh selama berminggu-minggu sebelum sindrom mereda.

“Anda dapat tetap lumpuh selama berminggu-minggu," kata Schaffner. "Anda bisa mendapatkan luka pada kulit akibat tidur terus dengan posisi tubuh yang tidak berganti, atau terkena pneumonia dalam jangka waktu yang lama. Dalam kasus yang jarang terjadi, ada orang yang tidak sepenuhnya pulih."

Di AS, sindrom ini menjangkiti sekitar 3.000-6.000 orang setiap tahun, kata CDC. Sindrom muncul setelah orang yang bersangkutan terkena sakit diare, gangguan pernapasan infeksi bakteri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau