Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Patah Hati, Jangan Lalu “Terbunuh” Sepi!

Kompas.com - 26/05/2016, 12:27 WIB
Mikhael Gewati

Penulis

KOMPAS.com – Patah hati dan kesepian ternyata sekarang harus lebih diwaspadai. Bukan cuma rasanya tak enak, kedua hal itu juga membawa risiko tinggi terhadap kesehatan.

Tengok saja cerita Aldi (27 tahun). Dia yang dikenal periang, mendadak suka mengurung diri di kamar. Aldi juga lebih pendiam.

Usut punya usut, lelaki ini sedang patah hati. Hubungan cintanya kandas tak terduga, padahal beberapa bulan sebelumnya mereka sudah mengutarakan niat melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.

Kehadiran orang ketiga menjadi penghalang rencana besar Aldi. Dia pun terpuruk. Dari sosok lelaki penuh tawa riang menjadi kaku dan kikuk.

Sapaan dan senyuman ramah yang biasa terlontar dari mulut Aldi kini berganti raut muka sedih dan tatapan mata kosong. Khawatir dengan kondisi itu, ibu Aldi pun meminta teman-teman anak lelakinya itu datang untuk menghibur sekalipun tak sesuai harapan juga.

Fase “bengong” seperti dialami Aldi dalam kasus patah hati, bukanlah kasus tunggal. Menurut Barbara De Angelis—penulis buku The 100 Most Asked Question About Love, Sex, and Relationship—fase awal setelah putus cinta adalah masa perasaan tercabik-cabik.

Thinkstock/KatarzynaBialasiewicz Ilustrasi

Gejala umumnya adalah menangis spontan, merasa kehilangan, tak berdaya, kesepian, hilang selera makan, bahkan merasa sakit di dada berkelanjutan. Periode itu, tulis Barbara, adalah tahap paling sulit setelah putus cinta.

Untuk memperingan dan memperpendek periode fase ini, mereka yang patah hati sah-sah saja bila menangis sepuasnya untuk meluapkan kesedihan. Lalu, olahraga dan makan teratur harus dilakukan untuk memastikan kondisi fisik tak ikut drop saat hati berantakan.

Sesudah itu, sebaiknya segala kenangan tentang sang mantan, apalagi bertemu dengannya, dihindari.

Waspadai terbunuh sepi

Satu hal lagi yang perlu diwaspadai saat seseorang patah hati, yaitu perasaankesepian. Mereka yang biasa memiliki pasangan mendadak merasa bahka tak lagi punya teman.

Perhatian-perhatian kecil dari sang kekasih yang dulu terasa biasa, mendadak menjadi begitu berharga ketika sudah tak ada. Sekadar pesan singkat mengingatkan makan atau bertanya kabar, jadi alasan berkali-kali mengecek ponsel, justru ketika sudah tak lagi datang.

Kenangan indah akan rentan memperparah rasa sepi saat patah hati. Boleh saja mengenang, selama tidak menjadi kebiasaan yang membuat seseorang tenggelam dalam luka hati.

Terlebih lagi, riset Universitas Chicago dan Universitas California menyatakan, rasa kesepian dapat memicu perubahan sel dalam tubuh. Kemampuan tubuh untuk melawan penyakit jadi berkurang dan meningkatkan risiko peradangan.

"Tidak hanya membuat hidup sengsara, kesepian dapat berdampak serius pada kesehatan fisik dan mental," imbuh Caroline Abrahams dari Age UK.

Ada banyak cara agar bisa mengusir rasa kesepian selepas putus cinta. Menyibukkan diri dengan ragam aktivitas bersama komunitas, bisa jadi pilihan. Peranti teknologi bisa dilirik juga untuk mengganti perhatian-perhatian kecil yang dulu datang dari pasangan.

Thinkstock/kieferpix Ilustrasi

Saat ini sudah ada aplikasi yang bisa mengingatkan jam makan Anda. Aktivitas rutin harian pun bisa terjadwal dan tersedia pengingat otomatis laiknya kekasih.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau