Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/09/2016, 19:35 WIB
Lily Turangan

Penulis

Sumber Shape

KOMPAS.com - Kita mungkin tahu satu atau dua (atau tiga) hal tentang seks. Biasanya, kita mendapat informasi itu dari teman atau mungkin juga orangtua.

Generasi orangtua menginformasikan itu berdasarkan pengalaman mereka, tanpa menyadari bahwa banyak hal telah berubah berdasarkan penelitian ilmiah, termasuk soal metode kontrasepsi.

"Terlebih lagi, seks dan seksualitas masih dianggap tabu untuk dibicarakan terbuka bagi sebagian orang sehingga mudah terjadi salah paham dan informasi," kata Vanessa Cullins, M.D., dokter kebidanan dan kandungan serta wakil presiden urusan medis eksternal di Planned Parenthood.

Untuk menjernihkan kebingungan, simaklah penuturan dokter mengenai kesalahpahaman tentang metode kontrasepsi yang sering mereka temukan saat menangani pasien.

Beberapa orang percaya bahwa kontrasepsi hormonal bisa memicu penyakit, salah satunya kanker. Namun, beberapa penelitian menunjukkan, wanita yang menggunakan kontrasepsi oral dengan estrogen dosis tinggi, risiko kanker payudaranya sedikit menurun.

Namun, mengonsumsi pil rendah estrogen tidak juga berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara, kata Colleen Krajewski, M.D., seorang ginekolog di The National Campaign to Prevent Teen and Unplanned Pregnancy.

Sedangkan menurut Krajewski, Pil KB benar-benar dapat melindungi wanita dari kanker, mengurangi risiko kanker ovarium hingga setengahnya, setelah lima tahun penggunaan. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral juga diketahui berisiko lebih rendah mengalami kanker usus besar.

"Saya banyak mendenger, orang mengatakan bahwa metode kontrasepsi hormon dapat berakibat buruk. Tapi itu tidak benar, "kata Dr Krajewski.

Dalam siklus menstruasi alami, ada saatnya tubuh Anda menghasilkan banyak esterogen dan sedikit progesteron dan ini berfluktuasi sepanjang usia masa subur Anda.

Mengonsumsi pil KB kombinasi yang mengandung estrogen dan progestin, akan membantu meredakan fluktuasi tersebut. Karena itu, wanita yang mengonsumsi pil KB kombinasi mengalami gejala PMS yang lebih sedikit.

Ada juga kekhawatiran, bahwa akan timbul bahaya jika kita berupaya menghentikan ovulasi. Wanita hamil dan menyusui tidak berovulasi dan mereka baik-baik saja. Tubuh kita memang tidak selalu berovulasi setiap bulan dan tubuh Anda tidak akan lupa bagaimana caranya berovulasi meski Anda sudah menggunakan kontrasepsi selama bertahun-tahun.

Level tertinggi risiko langka penggunaan pil KB kombinasi seperti pembekuan darah dan stroke, terjadi ketika Anda pertama kali mulai mengonsumsinya. Jadi, menghentikan konsumsi pil KB lalu memulainya lagi bukanlah langkah yang aman.

Jika Anda masih tidak nyaman dengan metode hormonal, berkonsultasilah ke dokter Anda. Banyak wanita merasa lebih baik dengan metode progestin saja atau alternatif lain bebas hormon seperti IUD.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com