Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Tak Perlu Menangis di Hadapan Pasien Kanker Anak?

Kompas.com - 12/11/2016, 10:45 WIB
Dian Maharani

Penulis

TANJUNGPINANG, KOMPAS.com - Orangtua mana yang tak sedih ketika sang anak didiagnosis kanker oleh dokter. Jangankan orangtua, dokter yang menangani, hingga orang lain yang tak mengenal anak itu pun bisa ikutan sedih, sampai ikut meneteskan air mata melihat penderitaan penyakitnya.

Perasaan sedih sampai menangis memang sangat wajar terjadi. Namun, kesedihan itu tak perlu diperlihatkan di depan anak yang terkena kanker.

"Ibu boleh menangis, tapi jangan di depan anaknya, ya. Anak bisa drop, pengobatannya nanti malah enggak akan respon," kata dr Anky Tri Rini KE, SpA-Onk saat ditemui di Tanjungpinang, Kepulauan Riau beberapa hari lalu.

Dengan tidak menangis di depan anak bukan berarti orang tersebut tidak sedih atau tidak sensitif. Angky menjelaskan, menangis di depan pasien kanker anak justru bisa berdampak pada psikologis anak.

Anak bisa ikut merasa sedih, misalnya ia merasa membebani orang orantuanya atau membebani orang banyak. Sebagai dokter, Anky pun sering kali menahan rasa tangisnya di depan anak-anak.

"Ada pasien bilang, 'Dokter kalau saya nanti enggak ada, dokter sedih enggak? Nanti dokter enggak bisa ketemu saya.' Saat itu muka kita enggak boleh sedih. Kita harus kasih dukungan," cerita Anky.

Menghadapi situasi yang emosional tersebut, Anky biasanya langsung mengalihkan perhatian sang anak untuk memikirkan hal-hal yang disenangi. Misalnya, anak itu suka menggambar, maka diberikan buku gambar atau alat lukis.

"Dengan dia melakukan yang disenangi, bisa mengalihkan dari rasa nyerinya," kata Anky.

Dengan melihat orang-orang di sekitarnya tegar, anak pun akan lebih semangat dan merasa kuat menjalani pengobatan kanker.

Untuk itu, lanjut Anky, pasien kanker selalu mendapat pengobatan paliatif sejak terdiagnosis. Begitu pula dengan kedua orangtuanya. Terapi paliatif membantu meringankan beban pasien dan orangtua, serta untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau