KOMPAS.com - Meledaknya novel trilogi Fifty Shade disebut-sebut memicu makin banyak orang secara terbuka mengakui mereka menyukai gaya bercinta yang kasar, bahkan hardcore.
Walau gaya seksual BDSM (bondage, discipline, sado-masochism) atau praktik seks yang meliputi pengikatan, disiplin, dan dominasi ini mulai ramai diperbincangkan belakangan ini, namun sebenarnya kitab seks tertua Kama Sutra sudah menuliskannya sejak 400 SM.
Dengan kata lain, mendapatkan kenikmatan seksual dengan melakukan seks liar dan kasar sudah disukai sebagian orang sejak awal peradaban. Namun demikian, sebagian pakar menyebut gaya bercinta ini sebagai kelainan.
Meski unsur-unsur BDSM seperti mencakar, mengikat, bahkan mencambuk, terkesan ekstrem, namun para pakar mengatakan bahwa ada alasan psikologi dan fisiologi di balik eksperimen seks itu.
Menurut Nicole Prause Ph.D, salah satu alasan dari gaya bercinta itu adalah "teori transfer pembangkitan kepuasan."
"Jika Anda dicakar, digigit, atau bokong ditampar, tekanan darah dan detak jantung meningkat sebagai respon pada rasa sakit. Jika hal itu terjadi selama berhubungan seks, otak bisa mengartikannya sebagai kesenangan seksual," kata Prause.
Penjelasan lainnya adalah "matriks nyeri" di otak. Ada area tertentu di otak yang yang merespon rasa nyeri atau sakit, dan bagian tersebut sering tumpang tindih dengan respon dari rangsangan seksual.
"Tumpang tindih itu sedikit mempermainkan otak sehingga timbul kebingungan antara nyeri dan rasa puas saat kita mengalaminya pada saat bersamaan," paparnya.
Walau terkesan liar, namun sebenarnya ada teknik melakukan gaya seks ini agar bisa menimbulkan kepuasan. Memukul bokong misalnya, lakukan dengan telapak tangan terbuka pada bagian bawah bokong yang paling dekat dengan vagina.
"Ketika area itu yang terkena, pukulannya bisa memberi vibrasi melalui klitoris dan seluruh tubuh dan gairah pun langsung bangkit seperti terkena percikan api," kata Isadora.
Dalam tantra seks juga disebutkan bahwa menampar bokong bisa membangunkan kundalini wanita, yaitu energi seks.
Tanpa paksaan
Spontanitas dan kejutan memang menjadi unsur menyenangkan dalam romantisme, tapi bukan dalam seks yang kasar. Dengan kata lain, jangan melakukannya secara tiba-tiba tanpa pernah mendiskusikan sebelumnya. Tak boleh juga ada unsur paksaan di sini.
"Saat foreplay, di mana Anda berdua merasa rileks dan terangsang, adalah waktu yang tepat untuk membicarakan sekasar apa tindakan yang mungkin bisa memuaskan dan disetujui kedua belah pihak," kata Psalm Isadora, seks coach dari Los Angeles.
Dalam hal seks, Isadora menyarankan agar kita bersikap terbuka. Yang terpenting adalah dilakukan secara aman dan memuaskan Anda dan pasangan. "Seks yang kasar hanyalah salah satu dari banyak cara menikmati seks," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.