KOMPAS.com - Selain masker, hand sanitizer menjadi barang langka sejak masuknya virus corona di Indonesia.
Menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan tangan, memang menjadi salah satu cara untuk menjaga daya tahan tubuh agar tak mudah terinfeksi virus.
Pasalnya, penyakit sering kali menular lewat kontak langsung dengan benda atau seseorang yang terkontaminasi virus atau bakteri.
Biasanya, kuman atau virus penyebab penyakit berpindah dari tangan ke mata, hidung, atau mulut.
Oleh karena itu, kita disarankan untuk menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan.
Sebagai alternatif, banyak orang memilih menggunakan hand sanitizer untuk menjaga kebersihan tangannya karena dinilai lebih praktis dan tidak memakan banyak waktu.
Padahal, penggunaan hand sanitizer kurang efektif untuk membasmi kuman dan virus penyebab penyakit.
Hand sanitizer mengandung alkohol, seperti ethyl alcohol, yang bekerja sebagai agen antiseptik.
Pembersih tangan berbasis alkohol tersebut memang dapat dengan cepat mengurangi jumlah mikroba di tangan dalam beberapa situasi, tetapi tidak menghilangkan semua jenis kuman.
Oleh karena itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS merekomendasikan merekomendasikan kita untuk mencuci tangan dengan sabun dan air karena dapat mengurangi jumlah semua jenis kuman dan bahan kimia di tangan.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa hand sanitizer memang efektif digunakan dalam pengaturan klinis seperti di rumah sakit, di mana tangan bersentuhan dengan kuman tetapi umumnya tidak sangat kotor atau berminyak.
Namun, tangan bisa menjadi sangat kotor dan berminyak saat kita berada di lingkungan terbuka, seperti saat sedang berolahraga, makan di restoran, atau berkebun.
Ketika tangan sangat kotor, hand sanitizer tidak akan bisa bekerja efektif. Oleh karena itu, kita dianjurkan untuk membersihkan tangan dengan air dan sabun daripada menggunakan hand sanitizer.
Efek samping penggunaan "hand sanitizer"
Selain tidak efektif untuk membasmi kuman dan virus penyebab penyakit, penggunaan hand sanitizer berlebihan juga bisa memicu berbagai risiko kesehatan.
Melansir Hello Sehat, berikut beberapa efek negatif penggunaan hand sanitizer berlebihan:
1. Resistensi bakteri dan efek hormonal
Antibiotik efektif untuk melawan bakteri. Tapi kandungan triclosan dalam gel pembersih tangan yang berfungsi sebagai antibakteri ini dipercaya oleh para pakar medis berperan besar membuat bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik.
Melansir laman Times, Badan Keamanan Pangan dan Obat-obatan Amerika Serikat (FDA) melaporkan bahwa triclosan yang terkandung dalam hand sanitizer dapat menimbulkan risiko kesehatan, seperti resistensi bakteri atau efek hormonal.
2. Menurunkan kekebalan tubuh
Bahan-bahan kimia dalam hand sanitizer, khususnya triklosan dan triclocarban, justru dapat menurunkan kekebalan tubuh.
Paparan bahan triklosan dan triclocarban dalam jangka panjang juga berisiko menyebabkan gangguan pada fungsi otot kerangka dan jantung.
3. Mengandung bahan kimia berbahaya
Sebuah penelitian melaporkan bahwa menggunakan hand sanitizer justru dapat meningkatkan kadar pestisida dalam tubuh.
Hand sanitizer biasanya mengandung pewangi berbahan kimia sintetis yang disebut dengan phtalate.
Zat tersebut disinyalit dapat meningkatkan risiko berbagai gangguan endokrin, toksisitas perkembangan janin dan sistem reproduksi, penurunan motilitas (gerak) dan konsentrasi (jumlah) sperma, serta alergi, asma, hingga kanker.
Melansir SehatQ, penggunaan hand sanitizer bisa menjadi alternatif cuci tangan yang baik, khususnya jika tidak ada akses air bersih dan sabun atau tangan tidak terlihat kotor.
Namun, pastikan bahwa cairan pembersih ini mengandung alkohol setidaknya 60 persen. Meski demikian, sebisa mungkin kita lebih memilih untuk mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir daripada hand sanitizer.
https://health.kompas.com/read/2020/03/07/133000568/hati-hati-ini-3-efek-penggunaan-hand-sanitizer-berlebihan