Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

6 Efek Samping Antibiotik dan Cara Mengatasinya

Dilansir dari Medical News Today, fungsi antibiotik untuk mengobati penyakit yang disebabkan infeksi bakteri.

Obat yang diresepkan dokter ini bekerja dengan membunuh bakteri, atau mencegah bakteri berkembang biak di dalam tubuh.

Beberapa jenis infeksi bakteri yang bisa diobati dengan antibiotik antara lain bronkitis, pneumonia, sampai infeksi saluran kencing.

Antibiotik tidak dapat digunakan untuk mengobati infeksi virus seperti flu, batuk, dan sebagainya.

Penggunaan antibiotik yang tepat terbukti dapat melawan infeksi dan menyelamatkan jiwa.

Orang biasanya diberi obat antibiotik yang diminum. Terkadang dokter juga memberikan antibiotik suntik atau dalam bentuk salep.

Dokter jamak menyarankan penderita infeksi bakteri agar konsumsi obat antibiotik harus dihabiskan.

Alasan kenapa antibiotik harus dihabiskan yakni untuk mencegah infeksi berulang.

Pasalnya, menghentikan penggunaan antibiotik di tengah jalan dapat meningkatkan risiko bakteri kebal dengan pengobatan sejenis di masa mendatang.

Agar obat dapat bekerja efektif, dokter umumnya juga merekomendasikan konsumsi antibiotik dengan cara tertentu.

Ada yang perlu dikonsumsi sebelum makan, sesudah makan, tidak boleh dicampurkan dengan susu, dan aturan khusus lainnya.

Kendari antibiotik bermanfaat untuk mengobati penyakit terkait bakteri, sayangnya terkadang ada orang merasakan beberapa efek samping setelah mengonsumsi beberapa jenis obat ini.

Melansir Healthline, berikut efek samping antibiotik yang umum dirasakan pasien dan cara mengatasinya:

Sejumlah antibiotik seperti makrolida, sefalosporin, penisilin, dan fluoroquinolon dapat memicu gangguan pencernaan.

Cara mengatasi efek antibiotik terkait gangguan pencernaan ini biasanya dengan mengonsumsi makanan tertentu.

Tanyakan kepada dokter atau apoteker terkait rekomendasi makanan khusus, atau cara tertentu untuk meringankan gejala efek antibiotik sebelum minum obat ini.

Anda perlu waspada apabila efek samping antibiotik sampai menyebabkan gangguan pencernaan parah seperti diare parah, sakit perut hebat, atau ada darah di dalam kotoran buang air besar.

2. Lebih sensitif pada cahaya

Antibiotik jenis tetrasiklin terkadang menimbulkan efek samping tubuh jadi lebih sensitif pada cahaya.

Efek antibiotik ini membuat orang jadi lebih gampang merasa silau dan kulit lebih sensitif saat terkena cahaya.

Cara mengatasi efek antibiotik terkait cahaya ini bisa dengan menggunakan tabir surya, kacamata hitam, atau topi saat berada di luar ruangan.

Beberapa jenis antibiotik yang bisa menyebabkan efek demam di antaranya beta-laktam, cephalexin, minocycline, dan sulfonamida.

Jika Anda demam setelah minum obat antibiotik, tanyakan kepada dokter boleh tidaknya mengonsumsi obat penurun demam atau pereda nyeri.

4. Infeksi jamur pada vagina

Efek antibiotik terkadang bisa menyebabkan infeksi jamur pada vagina. Obat ini dapat menekan pertumbuhan bakteri, termasuk bakteri baik di dalam vagina.

Bakteri baik di dalam vagina dapat membantu melawan jamur biang penyakit seperti candida.

Gejala infeksi jamur pada vagina di antaranya vagina gatal, ada rasa sakit saat kencing atau berhubungan seks, vagina merah, dan muncul cairan berwarna serta berbau tak sedap dari vagina.

Untuk meringankan efek antibiotik terkait infeksi jamur, gunakan obat antijamur.

Efek antibiotik ini biasanya dialami anak di bawah delapan tahun yang giginya masih tumbuh.

Ibu hamil juga perlu berhati-hati minum obat antibiotik karena salah satu efeknya bisa menodai gigi susu anak di masa mendatang.

Konsultasikan ke dokter untuk meminimalkan efek antibiotik terkait perubahan warna gigi ini.

6. Reaksi alergi

Beberapa orang juga mengalami alergi setelah mengonsumsi antibiotik, terutama jenis penisilin.

Gejala alergi setelah mengonsumsi antibiotik di antaranya ruam, wajah atau lidah bengkak, sampai sesak napas.

Setiap orang yang mengalami gejala alergi antibiotik perlu segera berkonsultasi ke dokter atau apoteker yang memberikan obat.

Jangan disepelekan, reaksi alergi antibiotik dapat berdampak fatal sampai mengancam jiwa.

Selain efek samping antibiotik di atas, sejumlah antibiotik terkadang juga bisa memicu pembentukan batu ginjal, gangguan pembekuan darah, sampai mengurangi ketajaman pendengaran.

Ibu hamil, ibu menyusui, penderita penyakit liver, dan ginjal perlu ekstra konsultasi ke dokter sebelum mengonsumsi obat ini.

Kendati punya efek samping, penggunaan antibiotik tak boleh sembarangan dihentikan. Selalu konsultasikan ke dokter untuk meminimalkan risikonya. 

https://health.kompas.com/read/2020/11/25/090900068/6-efek-samping-antibiotik-dan-cara-mengatasinya

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke