Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Apakah Penderita HIV/AIDS Lebih Rentan Tertular Covid-19?

KOMPAS.com – Penderita HIV/AIDS termasuk kelompok masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19.

Salah satu persoalan yang dihadapi oleh pasien HIV/AIDS adalah akses terhadap obat antiretroviral (ARV) yang mesti terus dikonsumsi dan kontrol ke fasilitas kesehatan (faskes).

Deteksi dini terhadap komplikasi penyakit pun pada akhirnya bisa tertunda apabila pasien HIV/AIDS takut untuk kontrol karena risiko tertular virus corona.

Lantas, benarkah pasien HIV/AIDS lebih rentan tertular Covid-19 dibanding orang lain yang tidak mengidap penyakit tersebut?

Mengenai pertanyaan ini, dr. Yudo Irawan, SpKK dari Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia (KSIMSI), menjelaskan bahwa dari beberapa penelitian yang terbatas, menujukkan bahwa pasien HIV/AIDS sebenarnya memiliki risiko yang sama untuk tertular virus corona dengan orang lain yang tidak mengidap HIV/AIDS.

Jadi, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang sehat, tidak memiliki keluhan, dan patuh akan pengobatan sebaiknya tidak perlu terlalu cemas.

“Mau itu (terkena) HIV atau enggak, sebenarnya risiko akan tertular Covid-19 sama saja,” jelas dr. Yudo saat menjawab pertanyaan dari perserta Webinar yang diadakan dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia (HAS) 2020 pada Senin (31/11/2020).

Dia saat itu tengah menjadi pemateri dalam Webinar yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) bersama KSIMSI, Durex Eduka5eks PT. Reckitt Benckiser (RB) Indonesia, dan sejumlah organisasi kemahasiswaan, seperti AMSA dan CIMSA.

Namun perlu diingat, penelitian mengenai penularan Covid-19 pada pasien HIV/AIDS masih berjalan dan hingga saat ini belum tersedia bukti yang cukup kuat bahwa ODHA mempunyai risiko lebih tinggi terinfeksi virus corona.

Yang jelas, untuk bisa menghindari penularan Covid-19, dr. Yudo menyarankan kepada setiap pasien HIV/AIDS agar selalu menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.

Caranya tidak berbeda dengan populasi umum, seperti:

  • Sering mencuci tangan
  • Memakai masker
  • Menerapkan etika batuk yang benar
  • Hindari menyentuh wajah
  • Menjaga jarak
  • Mencari perawatan medis jika bergejala
  • Isolasi diri jika kontak dengan seseorang dengan Covid-19

dr. Yudo mengingatkan meski memiliki risiko penularan yang sama dengan orang yang tidak mengidap HIV/AIDS, ODHA cenderung memiliki angka mortalitas atau kematian yang lebih tinggi ketika sudah terkena Covid-19.

“Sayangnya, kalau sudah kena (Covid-19), angka mortalitasnya (pesien HIV/AIDS) lebih tinggi. Yang anehnya lagi, ini tercatatkan, bahwa pada usia HIV lebih muda malah, yang imunitasnya lebih tinggi. Ini perlu menjadi catatan. Kalau sudah kena Covid-19, pasien HIV/AIDS perlu hati hati,” jelas dia.

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia dalam laman resminya menyarankan para penderita HIV untuk terus melakukan pengobatannya. Jadi, obat yang sudah diterima sebelum pandami tetap dilanjutkan atau jangan pernah menghentikan obat ARV atas inisiatif sendiri.

“ODHA yang menggunakan obat-obatan ARV harus memastikan bahwa mereka memiliki paling sedikit 30 hari stok ARV jika suplai 3 sampai 6 bulan tidak tersedia dan memastikan bahwa status vaksinasi mereka diperbaharui (vaksin influenza dan pneumokokus),” tulis dalam laman who.int/Indonesia.

Sementara itu, penting untuk dipastikan agar ODHA yang belum memulai pengobatan ARV dapat segera memulai pengobatan tersebut.

Sedangkan, bagi siapa saja yang merasa beresiko, disarankan untuk segera memeriksakan diri agar perkembangan penyakit terkait HIV dapat dikendalikan dan mengurangi komplikasi dari penyakit komorbit lainnya.

https://health.kompas.com/read/2020/12/01/140200568/apakah-penderita-hiv-aids-lebih-rentan-tertular-covid-19

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke