Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

10 Gejala Keracunan Makanan yang Perlu Diwaspadai

KOMPAS.com - Keracunan makanan adalah keluhan yang disebabkan oleh konsumsi makanan atau minuman yang mengandung bakteri, virus, atau parasit merugikan.

Meskipun banyak makanan mengandung organisme yang berpotensi membahayakan, biasanya organisme tersebut dapat dimusnahkan selama proses memasak.

Tapi, jika Anda tidak mempraktikkan kebersihan yang baik dan metode penyimpanan makanan yang tepat, seperti tidak rajin mencuci tangan dan menyimpan daging mentah di dasar lemari es secara benar, makanan yang dimasak pun dapat terkontaminasi dan membuat Anda sakit.

Mengonsumsi makanan yang mengandung toksin beracun juga bisa menyebabkan keracunan makanan.

Racun ini secara alami dapat ditemukan dalam makanan, seperti beberapa spesies jamur atau diproduksi oleh bakteri dalam makanan yang telah membusuk.

Gejala keracunan makanan

Karena ada banyak jenis organisme yang dapat menyebabkan keracunan makanan, gejala dan tingkat keparahannya dapat bervariasi.

Selain itu, jeda waktu antara makan dan munculnya gejala keracunan makanan pada masing-masing orang juga dapat berlainan, yakni bisa beberapa jam hingga beberapa hari.

Maka dari itu, terkadang cukup sulit untuk bisa mengidentifikasi makanan yang menjadi penyebab keracunan.

Namun, beberapa makanan telah teridentifikasi memiliki risiko yang lebih besar untuk dapat mengakibatkan keracunan makanan daripada makanan lainnya.

Makanan yang dimaksud tersebut, termasuk:

  • Daging sapi dan daging ayam yang kurang matang
  • Telur
  • Produk susu yang tidak dipasteurisasi
  • Kerang
  • Buah dan sayuran yang tidak dicuci bersih

Meski demikian, sebagian besar keracunan makanan menyebabkan beberapa tanda yang tidak jauh beda.

Berikut ini adalah beragam gejala keracunan makanan yang layak diwaspadai:

1. Sakit perut dan kram

Dalam kasus keracunan makanan, organisme berbahaya dapat menghasilkan racun yang mengiritasi lapisan lambung dan usus Anda. Hal ini dapat menyebabkan peradangan yang menyakitkan di perut Anda, yang dapat menyebabkan rasa sakit di perut.

Melansir Health Line, orang yang keracunan makanan juga mungkin akan mengalami kram perut, karena otot perut berkontraksi untuk mempercepat pergerakan alami usus untuk menyingkirkan organisme berbahaya secepat mungkin.

Tapi perlu diingat, sakit perut dan kram adalah hal yang umum dan dapat terjadi karena sejumlah alasan. Oleh karena itu, gejala sakit perut dan kram saja mungkin bukan tanda keracunan makanan.

Selain itu, tidak semua kasus keracunan makanan akan mengakibatkan sakit perut atau kram perut.

2. Diare

Diare adalah kondisi ketika penderitanya menjadi sering buang air besar (BAB), setidaknya lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan kondisi tinja yang encer.

Diare ini adalah gejala khas keracunan makanan.

Diare bisa terjadi karena peradangan membuat usus kurang efektif dalam menyerap kembali air dan cairan lain yang dikeluarkannya selama pencernaan.

Diare juga bisa disertai dengan gejala lain, seperti:

Karena Anda cenderung kehilangan lebih banyak cairan daripada biasanya, Anda berisiko mengalami dehidrasi saat diare.

Oleh karena itu, penting untuk tetap minum cairan agar tetap terhidrasi.

Selain air, menyesap makanan cair seperti kaldu dan sup dapat membantu memerangi dehidrasi dan memberi Anda sedikit energi jika Anda tidak dapat mentolerir makanan padat.

Untuk memeriksa apakah Anda mengalami dehidrasi, pantau warna urine Anda.

Jika urine Anda berwarna lebih gelap dari biasanya, itu mungkin mengindikasikan Anda mengalami dehidrasi yang harus diatasi.

3. Sakit kepala

Sakit kepala sangat umum terjadi.

Orang dapat mengalaminya karena berbagai alasan, termasuk stres, terlalu banyak minum alkohol, dehidrasi, dan kelelahan.

Karena keracunan makanan bisa membuat Anda lelah dan dehidrasi, itu juga bisa menyebabkan sakit kepala.

Meskipun penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, dehidrasi akibat keracunan makanan dapat memengaruhi otak secara langsung, menyebabkannya kehilangan cairan, dan menyusut untuk sementara waktu.

Anda bisa sangat rentan mengalami sakit kepala jika memiliki keluhan muntah dan diare akibat keracunan makanan karena keduanya meningkatkan risiko dehidrasi.

4. Muntah

Wajar jika orang yang mengalami keracunan makanan sampai muntah.

Ini terjadi ketika otot perut dan diafragma berkontraksi dengan kuat, memaksa Anda untuk tanpa sadar mengeluarkan isi perut dan mengeluarkannya melalui mulut.

Muntah adalah mekanisme perlindungan yang terjadi saat tubuh Anda mencoba menyingkirkan organisme berbahaya atau racun yang dideteksi sebagai berbahaya.

Faktanya, keracunan makanan sering kali menyebabkan serangan awal muntah yang kuat.

Bagi beberapa orang, muntah bisa reda dengan cepat. Tapi, bagi beberapa orang lainnya, muntah akibat keracunan makanan bisa saja terus berlanjut.

Jika Anda terus menerus muntah dan tidak dapat menahan cairan, Anda harus mencari bantuan dokter atau apoteker untuk menghindari dehidrasi.

5. Umumnya merasa sakit

Seseorang yang mengalami keracunan makanan sering kali mengalami kehilangan nafsu makan dan gejala lain yang umum terjadi pada penyakit seperti kelelahan.

Kondisi ini terjadi saat sistem kekebalan tubuh merespons untuk melawan infeksi yang telah menyerang tubuh.

Sebagai bagian dari respons ini, tubuh akan melepaskan pembawa pesan kimiawi yang disebut sitokin.

Sitokin memiliki banyak peran berbeda, tetapi yang penting adalah mengatur respons kekebalan tubuh terhadap infeksi.

Sitokin melakukan ini dengan memberi tahu sel kekebalan ke mana harus pergi dan bagaimana berperilaku.

Selain membantu tubuh melawan infeksi seperti keracunan makanan, sitokin mengirimkan sinyal ke otak dan menyebabkan banyak gejala yang biasanya dikaitkan dengan kondisi sakit, termasuk kehilangan nafsu makan, kelelahan, dan rasa nyeri.

Kumpulan gejala ini dapat mengakibatkan apa yang kadang-kadang disebut "perilaku sakit", saat seseorang menarik diri dari interaksi sosial, istirahat, dan berhenti makan.

"Perilaku sakit" adalah tanda bahwa tubuh mengalihkan perhatiannya dari proses tubuh lain seperti pencernaan untuk memprioritaskan melawan infeksi.

6. Demam

Seseorang dinyatakan demam jika suhu tubuhnya meningkat lebih tinggi dari kisaran normalnya, yakni 36–37 derajat Celcius.

Demam lazim terjadi pada banyak penyakit dan terjadi sebagai bagian dari pertahanan alami tubuh terhadap infeksi.

Zat penghasil demam yang disebut pirogen memicu kenaikan suhu. Pirogen ini dilepaskan oleh sistem kekebalan atau bakteri infeksius yang telah memasuki tubuh.

Pirogen menyebabkan demam dengan mengirimkan pesan yang mengelabui otak dengan berpikir bahwa tubuh lebih dingin dari itu. Reaksi ini membuat tubuh menghasilkan lebih banyak panas dan kehilangan lebih sedikit panas, sehingga terjadinya demam atau suhu tubuh naik.

Peningkatan suhu ini berguna untuk meningkatkan aktivitas sel darah putih, yang membantu Anda melawan infeksi.

7. Menggigil

Menggigil adalah respons alami tubuh terhadap berbagai kondisi yang menyebabkan otot tubuh berkontraksi secara cepat dan berulang untuk meningkatkan suhu tubuh atau menghasilkan panas.

Menggigil sering kali menyertai demam karena pirogen menipu tubuh untuk berpikir bahwa ia dingin dan perlu dipanaskan.

Demam dapat terjadi dengan berbagai penyakit, termasuk keracunan makanan, sehingga menggigil adalah salah satu gejala umumnya.

8. Kelemahan atau kelelahan

Kelemahan dan kelelahan adalah gejala lain dari keracunan makanan.

Gejala ini terjadi karena pelepasan pembawa pesan kimiawi yang disebut sitokin.

Selain itu, makan lebih sedikit karena kehilangan nafsu makan dapat membuat penderita keracunan makanan merasa lelah.

Baik kelemahan dan kelelahan adalah gejala "perilaku sakit" yang membantu tubuh beristirahat dan memprioritaskan untuk menjadi lebih baik.

Faktanya, kelemahan dan kelelahan juga bisa menjadi gejala dari banyak penyakit lainnya.

Jadi jika Anda merasa lemah atau lelah, hal terbaik yang harus dilakukan adalah istirahatkan tubuh.

9. Mual

Melansir Mayo Clinic, mual adalah perasaan tidak nyaman di perut dan rasa seperti ingin muntah.

Merasa mual dalam kasus keracunan makanan adalah hal yang wajar.

Mual juga dapat terjadi karena banyak alasan lain, termasuk migrain, mabuk perjalanan, dan makan terlalu banyak

Mual yang berhubungan dengan keracunan makanan biasanya muncul antara satu hingga delapan jam setelah makan.

Mual ini berfungsi sebagai sinyal peringatan untuk memberi tahu tubuh bahwa ia telah menelan sesuatu yang berpotensi berbahaya. Reaksi ini kemudian mungkin diperburuk oleh perlambatan gerakan usus yang terjadi ketika tubuh mencoba untuk membatasi racun di perut.

10. Nyeri otot

Otot bisa terasa sakit saat Anda terkena infeksi seperti keracunan makanan.

Kondisi ini bisa terjadi karena sistem kekebalan tubuh telah diaktifkan hingga menyebabkan peradangan.

Selama proses ini, tubuh akan melepaskan histamin, bahan kimia yang membantu memperlebar pembuluh darah agar lebih banyak sel darah putih bisa melewati untuk melawan infeksi.

Histamin membantu meningkatkan aliran darah ke area tubuh yang terinfeksi.

Bersama dengan zat lain yang terlibat dalam respons imun, seperti sitokin, histamin dapat masuk ke bagian lain tubuh dan memicu reseptor rasa sakit.

Hal ini dapat membuat bagian tertentu dari tubuh lebih sensitif terhadap rasa sakit dan mengakibatkan nyeri tumpul yang sering dikaitkan dengan sakit.

Lantas, kapan sebaiknya pergi ke dokter dengan kecurigaan mengalami keracunan makan?

Melansir WebMD, jika Anda mengalami salah satu dari tanda atau gejala berikut, lebih baik segera dapatkan bantuan medis:

https://health.kompas.com/read/2020/12/09/100500268/10-gejala-keracunan-makanan-yang-perlu-diwaspadai

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke