Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

11 Obat Penurun Darah Tinggi, Fungsi, Contoh, dan Efek Sampingnya

Melansir NHS, obat penurun darah tinggi biasanya diberikan bagi penderita hipertensi yang berisiko terkena serangan jantung atau stroke.

Kondisi tersebut mengacu pada penderita darah tinggi yang kadar tekanan darahnya ajek di atas 140/90 mmHg dan memiliki beberapa risiko penyakit kardiovaskuler karena pola hidupnya tidak sehat.

Dilansir dari American Heart Association, jenis obat penurun darah tinggi yang diresepkan dokter antara lain:

  1. Diuretik
  2. Beta-blocker
  3. ACE inhibitor
  4. Angiotensin II receptor blocker
  5. Calcium channel blocker
  6. Alpha blocker
  7. Alpha-2 receptor agonist
  8. Kombinasi alpha dan beta-blocker
  9. Central agonist
  10. Peripheral adrenergic inhibitor
  11. Vasodilator

Berikut penjelasan jenis obat penurun darah tinggi, fungsi, contoh, dan efek sampingnya:

1. Diuretik

Obat penurun darah tinggi ini berfungsi membantu tubuh membuang kelebihan natrium atau garam dan air dari tubuh.

Contoh:

Diuretik tiazid (chlorthalidone/ Hygroton, chlorothiazide/ Diuril, hydrochlorothiazide/ Hydrodiuril, Microzide, indapamide/ Lozol, metolazone/ Zaroxolyn; diuretik potassium-sparing (amiloride/ Midamor, spironolactone/ Aldactone, triamterene/ Dyrenium; diuretik loop (bumetanide/ Bumex, furosemide/ Lasix, torsemide/ Demadex; dan diuretik kombinasi.

Efek samping:

Sejumlah obat diuretik bisa menurunkan pasokan mineral kalium tubuh. Dokter biasanya meresepkan diuretik jenis tertentu bersama suplemen kalium atau menyarankan penderita mengonsumi asupan tinggi kalium.

2. Beta-blocker

Obat untuk darah tinggi ini bekerja dengan memblokir bahan kimia tertentu yang merangsang kinerja jantung. Efeknya, detak jantung menurun, beban kerja jantung berkurang, dan menurunkan tekanan darah.

Contoh:

Acebutolol (Sectral), atenolol (Tenormin), betaxolol (Kerlone), bisoprolol (Zebeta), bisoprolol/hydrochlorothiazide (Ziac), metoprolol tartrate (Lopressor), metoprolol succinate (Toprol-XL), nadolol (Corgard), pindolol (Visken), propranolol (Inderal), solotol (Betapace), dan timolol (Blocadren).

Efek samping:

Sejumlah beta blocker memiliki efek samping bisa membuat susah tidur, tangan dan kaki dingin, detak jantung lambat, kelelahan, suasana hati jadi murung, sampai impotensi.

3. Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor

Obat penurun darah tinggi ini bekerja dengan menekan produksi angiotensin, sehingga pembuluh darah lebih rileks dan longgar.

Contoh:

Benazepril hydrochloride (Lotensin), captopril (Capoten), enalapril maleate (Vasotec), fosinopril sodium (Monopril), lisinopril (Prinivel, Zestril), moexipril (Univasc), perindopril (Aceon), quinapril hydrochloride (Accupril), ramipril (Altace), trandolapril (Mavik).

Efek samping:

Sejumlah ACE inhibitor memiliki efek samping memicu ruam kulit, tidak peka rasa, batuk kering, dan gangguan ginjal.

4. Angiotensin II receptor blocker

Obat untuk darah tinggi ini bekerja dengan memblokir efek angiotensin, sehingga zat ini menjaga pembuluh darah tetap longgar, dan darah bisa mengalir lancar.

Contoh:

Candesartan (Atacand), eprosartan mesylate (Teveten), irbesarten (Avapro),
losartan potassium (Cozaar), telmisartan (Micardis), valsartan (Diovan).

Efek samping:

Sejumlah ARB memiliki efek samping meyebabkan pusing. Obat ini tidak boleh diminum ibu hamil karena bisa membahayakan janin.

5. Calcium channel blocker

Obat penurun darah tinggi ini bekerja dengan dengan mencegah kalsium memasuki sel otot polos jantung dan arteri. Kalsium saat memasuki sel tersebut bisa berkontraksi lebih keras dan detak jantung meningkat.

Contoh:

Amlodipine besylate (Norvasc, Lotrel), bepridil (Vasocor), diltiazem hydrochloride (Cardizem CD, Cardizem SR, Dilacor XR, Tiazac), felodipine (Plendil), isradipine (DynaCirc, DynaCirc CR), nicardipine (Cardene SR), nifedipine (Adalat CC, Procardia XL), nisoldipine (Sular), verapamil hidroklorida (Calan SR, Covera HS, Isoptin SR, Verelan).

Efek samping:

Obat calcium channel clocker terkadang memicu efek samping jantung berdebar, pergelangan kaki bengkak, sembelit, sakit kepala, atau pusing.

6. Alpha blocker

Obat untuk darah tinggi ini bekerja dengan mengurangi resistensi pembuluh darah arteri dan mengendurkan tonus otot dinding pembuluh darah.

Contoh:

Doxazosin (mesylate Cardura), prazosin hidroklorida (Minipress), terazosin hidroklorida (Hytrin).

Efek samping:

Sebagian obat alpha blocker memiliki efek samping memicu detak jantung cepat, pusing, dan tekanan darah turun saat tiba-tiba berdiri.

7. Alpha-2 receptor agonist

Obat penurun darah tinggi ini bekerja dengan mengurangi aktivitas saraf simpatis yang menghasilkan adrenalin.

Contoh:

Methyldopa.

Efek samping:

Sebagian obat alpha-2 receptor agonist punya efek samping memicu mengantuk dan pusing.

8. Kombinasi alpha dan beta-blocker

Obat untuk menurunkan darah tinggi ini digunakan untuk mengatasi krisis hipertensi dan pasien yang berisiko mengalami gagal jantung.

Contoh:

Carvedilol (Coreg), labetalol hidroklorida (Normodyne, Trandate).

Efek samping:

Obat kombinasi aplha dan beta-blocker terkadang menyebabkan tekanan darah turun saat tiba-tiba berdiri atau beranjak dari tempat tidur.

9. Central agonist

Obat penurun darah tinggi ini bekerja dengan mencegah pembuluh darah terlalu tegang atau kontraksi berlebihan.

Contoh:

Alfa metildopa (Aldomet), Catapres (klonidin hidroklorida), guanabenz asetat (Wytensin), guanfacine hydrochloride (Tenex).

Efek samping:

Obat central agonist terkadang memicu efek samping tekanan darah turun drastis saat tiba-tiba berdiri atau bangun dari tempat tidur, merasa lemas, mengantuk, mulut kering, demam, atau anemia.

10. Peripheral adrenergic inhibitor

Obat untuk darah tinggi ini bekerja dengan memblokir neurotransmiter di otak, sehingga otot polos tidak mengerut. Obat ini umumnya baru diberikan saat obat penurun darah tinggi lainnya tidak mempan.

Contoh:

Guanadrel (Hylorel), guanethidine monosulfate (Ismelin), reserpine (Serpasil).

Efek samping:

Terkadang obat peripheral adrenergic inhibitor memicu efek samping hidung tersumbat, diare, mulas, atau susah tidur.

Hindari berdiri di bawah terik sinar matahari terlalu lama atau berada di kerumunan saat minum obat ini karena bisa memicu pingsan.

11. Vasodilator

Obat penurun darah tinggi ini bekerja dengan membuat otot dinding pembuluh darah rileks dan pembuluh darah melebar. Jenis obat ini biasanya baru diberikan untuk penyakit darah tinggi yang parah.

Contoh:

Hydralazine hydrochloride (Apresoline), minoxidil (Loniten).

Efek samping:

Sejumlah obat vasodilator memiliki efek samping menyebabkan sakit kepala, area sekitar mata bengkak, jantung berdebar, atau nyeri sendi.

Setiap penderita hipertensi perlu petunjuk dokter terkait jenis obat penurun darah tinggi paling tepat.

Terutama bagi ibu hamil, orang dengan penyakit diabetes, atau pengidap penyakit kronis lainnya.

Dokter akan meresepkan obat dengan menimbang kemungkinan efek sampingnya dan cara meminimalkannya, mempertimbangkan usia, sampai kondisi kesehatan pasien.

https://health.kompas.com/read/2021/04/07/060100468/11-obat-penurun-darah-tinggi-fungsi-contoh-dan-efek-sampingnya

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke