KOMPAS.com - Apakah Anda pernah merasa sangat sedih ketika hujan turun atau mendung begitu gelap? Ternyata hal ini terjadi karena perubahan musim yang bisa mempengaruhi suasana hati.
Namun, perubahan suasana hati ini hanya terjadi pada musim-musim tertentu dan tidak berakibat pada depresi.
Lalu, musim seperti apa yang bisa menyebabkan depresi? Apa kaitan antara musim dan depresi?
Seasonal affective disorder (SAD)
Melansir Healthline, seasonal affective disorder (SAD) adalah salah satu jenis depresi yang disebabkan oleh perubahan musim.
Mayoritas penderita SAD mengalami gejala depresi mulai akhir musim gugur atau pada awal musim dingin dan berakhir pada musim semi.
Healthline juga menambahkan bahwa ada dua pola SAD, yaitu pola musim dingin dan pola musim panas, dan masing-masing pola biasanya berlangsung sekitar 4 hingga 5 bulan.
Di Indonesia sendiri tidak memiliki 4 musim, namun biasanya perubahan suasana hati akan dirasakan ketika musim hujan.
Namun, musim hujan sendiri tidak selalu menjadi penyebab seseorang mengalami depresi.
Dari penelitian yang terbit pada European Economic Review pada tahun 2019, menunjukkan bahwa musim hujan membuat suasana hati condong ke arah negatif.
Pada penelitian ini, responden menunjukkan perilaku yang berbeda selama pemilihan umum ketika musim hujan.
Sebaliknya, ketika cuaca sedang cerah, responden menunjukkan perilaku yang lebih positif.
Meskipun begitu, kondisi ini tidak bisa disebut SAD karena gejalanya yang berbeda.
Mengutip Healthline, ada beberapa gejala SAD yang umumnya dirasakan, seperti:
SAD dan perubahan musim
Melansir dari Cleveland Clinic, tidak ada yang tahu pasti apa yang menyebabkan terjadinya SAD. Namun, kurangnya matahari bisa menjadi salah satu penyebab dari kondisi ini.
Cleveland Clinic juga menambahkan bahwa beberapa teori yang mendukung klaim tersebut.
https://health.kompas.com/read/2022/07/31/133500468/sad-pengaruh-perubahan-musim-pada-depresi