KOMPAS.com - Batuk merupakan masalah kesehatan yang paling sering ditemui pada anak-anak di musim penghujan seperti sekarang ini.
Batuk pada anak-anak umumnya membuat orangtua khawatir dan tak tega melihat kondisi si kecil. Terlebih, anak-anak juga berisiko mengalami batuk kronis.
Batuk kronis biasanya didefinisikan sebagai batuk berkelanjutan yang berlangsung lebih dari 4 minggu atau 1 bulan. Batuk kronis juga cenderung resisten atau kebal terhadap obat.
Batuk kronis bisa saja disertai dengan gejala lain, seperti pilek, sakit kepala, atau demam. Kondisi ini bagi anak-anak jelas menjadi masalah karena bisa mengganggu aktivitas sehar-hari dan pola tidur si kecil.
Untuk lebih memahami tentang batuk kronis pada anak-anak, ada baiknya untuk mengetahui apa saja faktor yang dapat menyebabkan kondisi ini.
1. Flu
Penyebab paling umum dari batuk kronis pada anak-anak adalah infeksi saluran pernapasan atas. Ini dapat disebabkan oleh salah satu dari lebih dari 100 virus flu.
"Anak-anak biasanya mengalami sekitar 8-10 kali pilek dalam setahun selama 5-7 hari," kata William Berger, MD, profesor klinis di departemen pediatri University of California kepada Parents.
"Sakit pilek berulangkali dikarenakan anak-anak terus menerus bertukar kuman sehingga terlihat seperti pilek dan batuk berkelanjutan atau tak kunjung sembuh. Kondisi inilah yang disebut dengan batuk kronis karena flu biasa," imbuh Berger.
Beberapa gejala batuk kronis akibat flu yang perlu diketahui para orangtua, antara lain:
Sebagai gantinya, cobalah pengobatan rumahan berikut untuk batuk kronis pada anak akibat pilek atau flu.
2. Sinusitis
Sinusitis merupakan peradangan pada lapisan lendir hidung dan sinus. Gejala sinusitis antara lain ialah sakit kepala, nyeri wajah, hidung tersumbat, batuk, dan keluar ingus.
Ketika anak terus menerus batuk hingga lebih dari 10 hari, mereka kemungkinan menderita sinusitis. Diketahui, sinus bisa menjadi tempat berkembangbiaknya bakteri, yang menyebabkan batuk terus-menerus dan sekret hidung tebal berwarna hijau kekuningan.
Selain menyebabkan batuk berkelanjutan atau kronis, sinusitis juga mengakibatkan postnasal drip atau mengalirnya dahak di belakang tenggorokan, bau mulut, lemas, serta lingkaran hitam di area mata. Beberapa anak mungkin juga mengeluhkan sakit kepala.
Beberapa dokter mungkin meresepkan antibiotik untuk menghilangkan infeksi dan semprotan hidung. Apabila kondisi si kecil tak kunjung membaik, dokter bisa meresepkan antiobiotik atau obat lain.
Acetaminophen, ibuprofen, dan/atau kompres hangat dapat membantu mengatasi sakit kepala atau nyeri wajah.
Dokter juga dapat merujuk ke spesialis THT untuk memeriksa telinga, hidung, dan tenggorokan anak dengan instrumen khusus. Hal ini untuk mengetahui apakah ada septum menyimpang yang bisa menyebabkan anak lebih rentan terhadap masalah sinus.
3. Alergi
Alergi bisa menjadi penyebab batuk anak Anda jika disertai dengan hidung berair dan mata gatal. Batuk yang disebabkan karena alergi biasanya muncul ketika si kecil terpapar alergen, seperti asap rokok, debu, atau bulu hewan.
Alergen memicu pelepasan histamin dan zat biokimia lainnya, yang menyebabkan peradangan, penyumbatan, postnasal drip kronis, dan batuk kronis pada ana-anak.
Kondisi ini biasanya hanyalah reaksi berlebihan tubuh terhadap alergen dan kebanyakan tidak membahayakan penderitanya.
Nasal spray atau semprotan hidung yang dijual bebas dapat membantu mengeringkan sekret hidung. Jika tidak memberi dampak positif, dokter mungkin meresepkan semprotan hidung kortikosteroid atau antihistamin.
4. Asma
Asma adalah masalah pernapasan yang memengaruhi saluran udara kecil di paru-paru, dan merupakan pemicu umum batuk kronis pada anak-anak.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, alergen yang dihirup, iritan seperti asap rokok, udara dingin dan kering, hingga aktivitas olahraga.
Gejala batuk kronis akibat asma umumnya ditunjukkan dengan kondisi mengi atau sesak napas, sensasi sesak di dada, dan batuk.
Saat konsultasi, dokter kemungkinan akan menanyakan riwayat gejala anak Anda, apakah ada eksim dan infeksi telinga berulang saat bayi, dsb.
Selain itu, dokter juga dapat merekomendasikan tes fungsi paru untuk anak di atas 5 tahun.
https://health.kompas.com/read/2022/10/09/120100068/4-penyebab-batuk-kronis-pada-anak-anak