Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bullying, Normalkah?

Kompas.com - 17/02/2009, 20:02 WIB

SUATU MALAM, pasangan Bramono dan Tari terkejut melihat Riska (14) duduk di jendela kamar lantai 11 apartemen mereka dengan satu kaki menjuntai ke luar seperti posisi ancang-ancang hendak melompat.

Setelah peristiwa yang nyaris membawa bencana itu, mereka membawa Riska ke psikolog. Baru mereka tahu, Riska mengalami depresi karena sering diejek ”gendut” oleh teman-temannya di sekolah.

Kalau saja Bram dan Tari terlambat, bisa jadi Riska menyusul Linda (15), siswa kelas II SLTPN di Jakarta, yang gantung diri di kamar tidurnya, Juni 2006. Linda mengalami depresi karena diejek teman-temannya karena ia pernah tidak naik kelas.

Di Bantar Gebang, pada Juli 2005, Fifi Kusrini (13) gantung diri di kamar mandi. Kata sang ayah, putrinya merasa malu karena diejek teman-temannya sebagai anak tukang bubur.

”Ada sekitar 30 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri di kalangan anak dan remaja berusia 6 sampai 15 tahun yang dilaporkan media massa tahun 2002-2005,” ujar Diena Haryana dari Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa).

Namun, sebagian besar laporan media massa luput melihat benang merah persoalan berbagai kasus dalam fenomena kekerasan itu, yakni masalah bullying di sekolah. Sebagian masih berkutat dengan komentar pakar yang menyoroti masalah ekonomi, ketidakharmonisan keluarga, dan kerapuhan korban.

Penelitian Lembaga Pratista Indonesia terhadap siswa SD, SLTP, dan SLTA di dua kecamatan di Bogor yang dipaparkan Netty Lesmanawati menunjukkan, semakin tinggi jenjang sekolah, semakin tinggi persentase siswa yang mengalami bullying dari teman di lingkungan sekolah.

Dianggap ”biasa”

Banyak orang berpendapat ejek-mengejek dan berbagai ”kenakalan” anak di sekolah adalah ”biasa”. Namun, benarkah bullying merupakan bagian dari proses alamiah perkembangan anak?

Psikolog dari AS, Peter Sheras PhD, dalam buku Your Child: Bully or Victim?: Understanding and Ending School Yard Tyranny (2002) menjelaskan perbedaan antara kemarahan, agresi, dan bullying.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau