JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak salah bila Pramuka menggunakan kelapa sebagai lambang bagi organisasinya. Buah dari pohon nyiur yang banyak bertebaran di sepanjang pantai, entah itu pantai di Kepulauan Nusantara atau di negara Amerika Selatan dan Afrika ini memang punya manfaat banyak. Mulai dari akar, batang, buah, sampai daun kelapa bisa digunakan untuk beragam keperluan.
Jenis minyak yang terbuat dari daging buahnya pun sekarang ini lagi naik daun. Banyak orang mulai meliriknya. Banyak perusahaan berskala kecil maupun besar mulai memproduksinya.
Setelah sekian lama tenggelam akibat pamor minyak kelapa sawit, minyak kelapa murni atau virgin coconut oil (VCO), terutama jenis organik ekstra VCO yang mengandung MCT (Medium Chain Triglyserides), mulai menunjukkan taringnya.
Bruce Fife, CN, ND, presiden Pusat Riset Kelapa (Coconut Research Center) yang berpusat di Colorado Spring, Amerika Serikat, sebuah lembaga nonprofit yang mengedukasi masyarakat serta komunitas ilmiah mengenai gizi dan manfaat minyak kelapa bagi kesehatan, menyebutkan bahwa minyak kelapa adalah minyak paling sehat di bumi.
Tentu pernyataan ini cukup mengejutkan karena selama bertahun-tahun industri minyak nabati dan dunia kedokteran menyebutkan bahwa lemak jenuh yang terkandung dalam minyak kelapa adalah lemak yang jahat.
Prof. Walujo Soejodibroto, Sp.GK(K), MSc, dalam pidato pengukuhan sebagai guru besar tetap ilmu gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyebutkan bahwa tidak ada bukti sejarah yang menunjukkan kebiasaan makan minyak kelapa, santan, serta produk kelapa lain menimbulkan gangguan kesehatan berarti. Sebaliknya, konsumsi minyak kelapa dalam menu sehari-hari, bila sesuai dengan kebutuhan, terbukti bermanfaat bagi pemeliharaan kesehatan, termasuk jantung dan pembuluh darah.
Terbukti Menyehatkan
Pernyataan Bruce ini berdasar pengamatan atas penduduk Kepulauan Pasifik yang selama ratusan tahun mengonsumsi beragam makanan yang berasal dari bahan kelapa, termasuk minyaknya. Kalau minyak kelapa itu jahat dan tidak menyehatkan, tentu sudah sejak ratusan tahun pula mereka lenyap.
“Penyakit jantung justru muncul saat makanan tradisional mereka digantikan dengan makanan modern yang diproses dan berasal dari minyak sayur yang sudah disuling,” ungkap Bruce.
Sebuah penelitian yang dilakukan pada penduduk Pulau Tokelau (di utara Pulau Cook) dan Pukapuka, wilayah jurisdiksi Selandia Baru mulai tahun 1960 membuktikan pentingnya kelapa. Sekitar 2.500 penduduk yang mendiami kedua tempat ini setiap hari mengonsumsi beragam model makanan yang terbuat dari kelapa.
Hasilnya, tidak ditemui adanya tanda penyakit ginjal atau hipotiroid atau hiperkolesterolemia. Bahkan, mereka kebanyakan memiliki postur tubuh langsing dan jarang sekali mengalami gangguan pencernaan.
Dr. Ian A. Prior, MD, kardiolog dan direktur unit epidemiologi pada RS Wellington di Selandia Baru dan koleganya kemudian menghitung kolesterol rata-rata penduduk kedua pulau ini berdasar rata-rata observasi di negara Barat. Ternyata, kadar kolesterol aktual mereka 70-80 miligram lebih rendah daripada yang diprediksi dengan rentang antara 170-208 g/dl.