Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hadapi Anak Disleksia Harus Super-Sabar

Kompas.com - 03/08/2010, 13:43 WIB

Dana: Saya Menerima Keadaan Anak

Dana tak kaget saat mengetahui bahwa anak bungsunya, Gilang, mengalami kesulitan dalam menulis (disgrafia). Kesulitan ini membuat anaknya harus mendapatkan pendidikan dengan penanganan khusus. “Saya menerima apa pun keadaan anak saya. Kalau saya down, nanti anak saya gimana?” kata Dana.

Sebenarnya, kisah Dana, kejanggalan pada pertumbuhan Gilang sudah dia deteksi sejak umur 2 tahun. Saat itu, Gilang termasuk terlambat bicara dan perbendaharaan katanya tak banyak. “Sejak umur dua tahun sampai masuk SD, saya terapi dengan psikolog. Tetapi, baru ketahuan kalau dia disgrafia saat kelas II SD. Karena di situ mulai banyak menulis dan ternyata dia itu enggak mau menulis,” ujarnya.

Gilang hanya mau mengikuti pelajaran dan menjawab pertanyaan gurunya secara lisan. “Kalau disuruh menulis, dia enggak mau. Katanya, tangannya melilit-lilit. Bagi dia, menulis itu seperti petani bekerja di sawah, berat dan melelahkan. Saya dulu hanya terfokus pada kemampuan bicaranya dan melupakan motoriknya,” kata Dana.

Padahal, secara akademis, nilai Gilang tak tergolong buruk. Akhirnya, Dana dan suaminya mengambil keputusan menarik anaknya dari sekolah umum dan memasukkannya ke sekolah khusus untuk anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik, yaitu SD Pantara. Gilang harus mengulang lagi dari kelas II SD. Kini ia sudah duduk di kelas IV. Ia pun mengalami perkembangan berarti. Meskipun, kata Dana, anaknya tak bisa dipaksa untuk menulis.

“Kalau di rumah, ya saya latih untuk memperkuat motoriknya karena disgrafia ini motoriknya, kasarnya, terutama di tangan, kurang. Maka dari itu, di rumah, saya ajak dia main basket, mendorong barang yang kira-kira bisa melatih motoriknya,” ujar ibu dua anak ini.

Kedua ibu ini berharap, pemerintah memberikan perhatian lebih kepada anak-anak berkebutuhan khusus seperti anaknya. Anak-anak penyandang disleksia dan disgrafia yang memiliki tingkat kecerdasan hanya membutuhkan penanganan yang lebih khusus dari para guru. Sementara itu, tak banyak sekolah yang menerima anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com