Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondom, Penjinak Bom Waktu HIV/AIDS

Kompas.com - 04/12/2010, 14:01 WIB

Seperti penuturan Cece, pekerja seks yang setiap hari menjajakan jasa di sekitar Stasiun Besar Bandung. Ia mengungkapkan sebagian besar pelanggannya menolak memakai kondom karena alasan kurang nikmat tadi. "Saya juga tidak berani memaksa karena takut pelanggan pada kapok sama saya dan lari ke wanita penghibur lain," kata perempuan asal Garut yang ditemui medio Oktober lalu.

Beberapa kali survei yang dilakukan BKKBN membuktikan stereotip "kondom mengurangi kenikmatan" tadi yang paling banyak membuat orang menjauhi alat kontrasepsi berbentuk sarung itu. Akhirnya banyak orang menjauhi kondom tanpa sempat mengenal dan memahami manfaatnya.

Mitos lain adalah kondom berpori. Padahal anggapan itu sudah tidak relevan lagi untuk dipercaya sekarang. Kondom yang beredar saat ini adalah kondom lateks yang cukup kuat dan sudah diuji untuk menahan sperma dan HIV.

Kondom berperan sebagai dinding penghambat agar tidak terjadi pertukaran cairan, seperti darah, air mani atau cairan vagina antar pasangan yang melakukan hubungan seks. Cairan-cairan tersebut bisa mengandung bakteri atau virus HIV.

Kondom lateks telah terbukti sebagai alat paling efektif dan murah untuk mencegah penularan infeksi menular seksual. Beberapa studi membuktikan hal ini, diantaranya studi klinik terhadap orang yang terinfeksi HIV dengan pasangannya yang tidak terinfeksi.

Pada 124 pasangan yang memakai kondom lateks secara konsisten, tidak ada yang terinfeksi HIV. Sebaliknya, 121 orang yang memakai kondom secara tak konsisten, 12 orang (10 persen) pasangan yang tidak terinfeksi HIV menjadi terinfeksi.

Karena itu salah satu strategi yang dibuat pemerintah dalam mencapai target MDG's dalam bidang HIV/AIDS adalah meningkatkan penggunaan kondom pada setiap hubungan seks beresiko mencapai 70 persen. Apabila dibarengi dengan penggunaan jarum suntik tak steril pada pemakai narkoba bisa turun hingga 35 persen, maka jumlah kasus infeksi baru bisa ditahan di bawah 600.000. Ini berarti bom waktu HIV/AIDS bisa dijinakkan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau