Oleh M Zaid Wahyudi
Operasi bedah sering kali meninggalkan bekas luka besar yang mengganggu penampilan pasien, khususnya jika dilakukan di sekitar wajah dan leher. Pembedahan juga sering kali membuat pasien banyak kehilangan darah hingga membutuhkan transfusi dalam jumlah besar.
Sesudah operasi, pasien harus menjalani pemulihan yang lama agar bisa beraktivitas normal kembali. Jika ditemukan adanya risiko infeksi akibat pembedahan, dipastikan pasien akan menjalani perawatan pascaoperasi yang lebih lama lagi.
Kini, berbagai risiko itu dapat dikurangi dengan pembedahan robotik. Teknik baru pembedahan ini belum tersedia di semua negara. Di Asia Tenggara, Singapura adalah negara pertama yang menggunakan cara baru ini sejak 2010.
Bedah robotik dilakukan dengan menggunakan peralatan da Vinci® Surgical System buatan Intuitive Surgical, Inc.
Sistem ini terbagi dalam empat kelompok besar peralatan, yaitu konsol bedah yang menjadi tempat dokter mengendalikan operasi serta robot dengan empat tangan yang akan melakukan pembedahan plus tempat tidur pasien. Kelompok lainnya adalah berbagai peralatan bedah yang diletakkan pada tangan robot serta layar monitor untuk memantau pembedahan yang dilakukan.
Meskipun bersifat robotik yang dilengkapi komputer, sistem ini tidak dapat diprogram atau mengambil putusan sendiri dalam pembedahan. Sebelum operasi, dokter butuh waktu lama untuk mempersiapkan peralatan agar saat operasi dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan.
”Persiapan yang lama membuat jumlah pasien yang bisa ditangani dengan bedah robotik hanya dua orang per hari,” kata dokter spesialis kandungan dan kebidanan Rumah Sakit Mount Elizabeth, Suresh Nair, di Singapura, pertengahan November lalu.
Pada konsol bedah, dokter dapat duduk dengan nyaman, melihat citra tiga dimensi bagian dalam tubuh yang sudah diperbesar beberapa kali pada layar monitor. Citra itu diperoleh dari kamera mungil yang dimasukkan melalui bagian tubuh yang dibedah dan bisa bergerak ke segala arah.
Gerakan tangan dokter pada sejumlah alat kendali di konsol bedah akan menggerakkan tangan robot secara simultan saat itu juga. Gerak tangan robot pun akan searah dengan gerak tangan dokter, bukan berlawanan arah.
Penggunaan robot juga meminimalisasi gangguan pembedahan akibat getaran tangan dokter saat membedah ataupun penjahitan untuk menutup luka bedah. Getaran tangan itu bisa mengurangi ketelitian pembedahan atau penjahitan.
Getaran yang membuat tangan dokter tidak stabil dan bisa mengacaukan operasi itu bisa muncul akibat kelelahan ataupun pengaruh faktor usia.
”Getaran tangan ini sering muncul pada proses penjahitan untuk menutup bukaan operasi bedah karena prosesnya yang panjang dan membosankan sehingga membuat dokter bedah mudah kelelahan,” kata dokter spesialis urologi RS Mount Elizabeth, Chin Chong Min.
Proses pembedahan cukup dilakukan dua orang, yaitu dokter yang mengoperasikan konsol dan asisten yang membantu mempersiapkan dan memantau kerja robot di meja bedah.
Keuntungan pasien
Dokter spesialis bedah umum RS Mount Elizabeth, Ranjiv Sivanandan, mengungkapkan, penggunaan peralatan bedah robotik sangat menguntungkan pasien. Jika pada sejumlah operasi bedah konvensional bukaan atau sayatan pada tubuh dilakukan memanjang, dengan bedah robotik bukaan pada tubuh yang akan dibedah cukup dilakukan 1-2 sentimeter. Rasa sakit yang diderita pasien akan jauh berkurang.
Bedah robotik ini dapat digunakan untuk berbagai jenis pembedahan, baik pembedahan pada perut, dada, maupun kepala dan leher. Sistem pembedahan ini dapat diterapkan pada sejumlah penyakit, seperti untuk operasi kanker kandung kemih, kanker kolektoral, kanker prostat, penyempitan saluran kencing, atau kanker tiroid.
Namun, tidak semua pasien dengan jenis penyakit itu dapat dibedah dengan cara ini. Hal itu karena kondisi setiap pasien berbeda-beda. Karena itu, pasien perlu mengonsultasikan kepada dokternya apakah ia dapat dibedah dengan robotik atau dengan cara konvensional.
Berbagai manfaat bedah robotik, seperti besaran bukaan, lamanya operasi dan lamanya tinggal di rumah sakit pascaoperasi, sangat ditentukan jenis penyakitnya.
Menurut Chin Chong Min, operasi pembedahan prostat membutuhkan waktu 4-5 jam. Dibandingkan bedah terbuka, darah hilang dalam pembedahan robotik hanya kurang dari 200 mililiter. Pasien pun cukup tinggal dua hari di rumah sakit setelah pembedahan.
Kendala dalam pembedahan prostat secara konvensional adalah ukuran panggul pria yang lebih sempit dibanding perempuan dan serta kecilnya saluran uretra yang menghubungkan kantung kemih dengan bagian luar tubuh. Selain itu, darah yang hilang cukup besar hingga membutuhkan transfusi sebanyak 67 persen.
”Kendala pembedahan dalam ukuran organ tubuh yang kecil itu sudah dapat diatasi dengan bedah robotik,” ujarnya.
Manfaat bedah robotik pada bagian tubuh yang kecil juga dirasakan pada operasi bedah tiroid. Pembedahan untuk penyakit ini dilakukan pada kepala, leher, dan tiroid yang ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan perut atau dada.
Sivanandan mengatakan, bekas bedah robotik tiroid tidak akan meninggalkan bekas luka di leher karena pembedahan dilakukan melalui ketiak sehingga bekas sayatannya tersembunyi. Potensi kerusakan saraf pangkal leher dan risiko gangguan pada kelenjar tiroid dapat dikurangi.
Namun, operasi ini hanya bisa dilakukan jika ukuran tumornya kurang dari 2 cm dan diameternya di bawah 5 cm.
”Pasien hanya perlu tinggal semalam di rumah sakit setelah operasi dan suaranya akan kembali normal,” katanya.
Waktu tinggal di rumah sakit pascaoperasi yang sebentar akan membuat biaya yang harus dikeluarkan pasien dapat ditekan.
Meski demikian, dengan segala kecanggihan yang dimiliki, biaya operasi bedah robotik itu dipastikan tidak murah alias hanya bisa dijangkau masyarakat kelompok menengah atas saja.
Mahalnya harga peralatan juga membuat tidak semua rumah sakit di semua negara bisa memiliki perangkat bedah robotik ini. Namun, Suresh menilai biaya investasi alat ini jauh lebih kecil daripada biaya yang harus ditanggung rumah sakit untuk melatih para dokternya agar mahir dalam melakukan pembedahan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.