Untuk merekonstruksi konjungtiva (selaput pelindung pada permukaan mata), Ang mengatakan, dapat dilakukan menggunakan lapisan dari jaringan plasenta sebagai penutup. Hal itu membantu menyembuhkan permukaan mata dan meregenerasi sel-sel permukaan baru.
Bagian lain dari operasi itu adalah penggantian kornea dengan kornea buatan (keratoprosthesis). ”Transplantasi kornea dari donor manusia maupun bank mata menjadi alternatif untuk mengganti kornea yang rusak. Namun, ada sejumlah risiko, antara lain tingkat kegagalan cangkok kornea dalam waktu dua tahun karena penolakan tubuh dan operasi sangat kompleks. Belum lagi ketersediaan donor mata,” kata Ang.
Sebaliknya, kata Ang, pada transplantasi kornea buatan (keratoprosthesis) risiko kegagalan dan penolakan terhadap kornea buatan lebih kecil. Kini tersedia kornea buatan yang terbuat dari poly(methyl metacrylate) optik.
Dengan pembedahan, keratoprosthesis dijahit pada bola mata guna menggantikan kornea lama. ”Tidak perlu menarik benang jahitan. Setelah mata pulih, benang jahitan itu tidak akan terlihat sehingga tidak mengganggu penampilan,” ujarnya.
Menurut Ang, pasien tidak perlu minum obat seumur hidup karena kecil penolakan oleh tubuh. Prosedur itu dapat dilakukan tanpa ada batasan usia. Risiko seperti infeksi dan glukoma dapat dihindari dan ditangani.
Seusai operasi penanaman kornea buatan, kondisi mata Ny Lin membaik. Dua bulan setelah operasi, dia sudah dapat menulis dan membaca kembali. Selain itu, ia juga mampu melakukan berbagai kegiatan normal untuk mandiri sehari-hari. Dunianya tidak lagi gelap.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.