BANDUNG, KOMPAS.com — Keadaan Ismi, bocah berusia 2,5 tahun, sungguh memprihatinkan. Ia menjadi buta dan tuli. Badannya lumpuh dan kakinya selalu menyilang. Tidak itu saja, ia lunglai seolah tak ada tulang penyangga.
Di dalam kepalanya ditanam selang dari otak ke lambung. Tentu saja selang itu tak terlihat karena tertanam dalam tubuhnya. Namun jika kita pegang di ujung kepalanya ada sedikit benjolan, tempat ditanamnya selang tersebut. Satu-satunya cara Ismi berkomunikasi adalah menangis.
Ismi saat ini dirawat di Ruang Irene kelas III Rumah Sakit Borromeus, Bandung, Jawa Barat. Secara bergantian, gadis kecil itu dijaga oleh ayahnya, ibunya, dan kakak lelakinya, Izabul Sidqi, yang berusia 12 tahun. Ismi memiliki kembaran bernama Isma Apriani Nuraini, yang lahir sekitar 5 menit sebelum dia.
Ismi adalah anak dari pasangan Ade Zulherman (41) dan Ira Atmirawati (34). Sudah dua tahun lamanya atau sejak 26 Oktober 2009 lalu, Ismi menjalani perawatan di rumah sakit tersebut.
Sang ayah biasa menjaga Ismi setiap pagi sejak pukul 06.00 hingga kakaknya, Izabul Sidqi, datang. Sang kakak yang akrab disapa Raja itu akan mengasuh adiknya, menggendong atau membelainya jika menangis.
"Anak saya yang sulung kelas VI SD. Dia begitu sayang kepada adiknya. Setiap pulang sekolah sekitar pukul 02.00 siang dia menjaga adiknya hingga pukul 09.00 malam," kata Ade sambil menggendong putrinya yang kerap menangis itu.
Menurut Ade, ia tidak mau pulang dari Borromeus karena tetap menuntut keadilan dan kesembuhan bagi anaknya. Ia yakin anaknya akan sembuh. "Masa kondisi seperti ini oleh dokter di sini dibilang sembuh," katanya.
Ade juga mengatakan bahwa pada 26 Januari lalu, Ismi pernah dikunjungi tiga profesor. Salah satunya Profesor Cissy Kartasasmita dari Universitas Padjadjaran. Setelah melihat kondisi Ismi, mereka menyatakan ada kemungkinan sembuh.
Tagihan terus membengkak
Diceritakan Ade, ia sebenarnya telah "diusir" dari Borromeus sejak lama. Pihak Borromeus sudah bersedia membebaskan seluruh biaya pengobatan Ismi yang mencapai Rp 300 juta lebih setelah ia menuntut pihak RS lewat jalur hukum dan diekspos media. Namun, Ade terus bertahan karena setelah Ismi keluar dari RS, bagaimana dengan pengobatan selanjutnya?
"Pada 15 November 2011 melalui tim biro hukum dan humas memperbolehkan Ismi pulang, tapi itu sebetulnya saya diusir," ungkap Ade.
Sejak Oktober 2011 pula Ismi sudah tidak lagi mendapat kunjungan dari dokter anak yang pertama kali menangani Ismi dan melakukan operasi terhadap Ismi pada 26 September 2009. Ismi datang ke Borromeus dalam keadaan panas dan kejang. Tiga hari setelah itu, Ismi dioperasi di kepala karena panas tak kunjung turun.
Saat ini, Ismi menerima fasilitas di kelas III Ruang Irene berupa makan-minum dan pada Selasa lalu giginya sempat ditambal oleh dokter gigi anak. Fasilitas di ruang kelas III ini cukup baik karena memiliki AC, televisi, serta kamar mandi air panas dan dingin. Ismi tinggal bersama lima anak lainnya yang silih berganti masuk-keluar perawatan.
Saat masuk perawatan, Ade telah membayar uang muka Rp 10.500.000. Tagihan per 4 Februari 2012 telah menjadi Rp 292.942.600. Jumlah tersebut dari total honor dokter dan perawatan sebesar Rp 303.442.600 dikurangi uang muka Rp 10.500.000. Tentu saja jumlah tersebut pasti akan terus membengkak karena biaya kamar di kelas III Ruang Irene itu saja Rp 150.000 per malam.
Ade mengaku hidup akan lebih berat, apalagi seiring akan naiknya BBM nanti. Namun, ia tetap tidak akan menyerah atas nasib yang menimpa putrinya.
Ismi kini masih bertahan di Rumah Sakit Borromeus. Kasus Ismi sempat menghiasi sejumlah media di Jawa Barat pada tahun 2010 dan 2011, yang berujung pada gugatan perdata oleh Ade-Ira terhadap RS Borromeus sebesar Rp 10 miliar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.