Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/09/2012, 15:14 WIB

KOMPAS.com - Membicarakan kehamilan dan seluk beluknya selalu membuat saya penasaran. Selalu saja ada yang menarik, unik  dan indah di dalamnya. Apalagi bila berkaitan dengan kearifan tradisi budaya Nusantara, dimana di dalamnya terkandung nilai-nilai adat istiadat lokal yang merupakan kekayaan serta warisan leluhur. Banyak nilai positif tertuang di dalamnya. Dari sana pula kemajuan ilmu pengetahuan digali pada mulanya.

Beberapa contoh tradisi yang masih dilakukan adalah pijat  bayi dan ibu, perawatan spa ibu pasca bersalin, dan metode-metode relaksasi berupa gending maupun lagu-lagu dari musik tradisional bagi ibu yang akan bersalin. Bahkan di antara ilmu itu malah sempat diusung ke luar negeri dan dipelajari di sana. Misalnya tradisi lulur dari Bali dan lulur atau ratus dari Keraton Yogyakarta maupun Solo.

Saya sebagai bidan yang lahir dari tengah adat istiadat budaya lokal Nusantara Indonesia memiliki semacam kerinduan untuk terus menggali dan mengabadikan tradisi ini dalam bentuk tulisan. Bertemu dengan berbagai masyarakat dari Jawa, Sunda, Madura, Bali, Lombok, Padang, Palembang dan Flores, Batak dan sebagainya, ternyata semakin menambah wawasan saya. Dalam setiap perjalanan tugas dan bila bertemu mereka adalah sebuah perjumpaan yang memperkaya pengetahuan saya sebagai bidan.

Bicara soal “upacara adat yang dikhususkan bagi ibu hamil ” terutama selama melalui masa kehamilan sangat penting untuk kita ketahui. Mengapa? Hal ini merupakan dukungan psikologis, fisik, dan sosial yang luar biasa dan diwariskan secara turun temurun. Di dalamnya juga terkandung nilai-nilai spiritual yang disesuaikan dengan agama masing-masing. Upacara adat bagi ibu hamil juga akan memberi rasa percaya diri, menguatkan ibu dalam masa transisi perubahan peran menjadi seorang ibu, mengubah cara pandang ibu terhadap perubahan tubuh  selama kehamilan, meningkatkan rasa aman dan perasaan dihargai.

Pernah saya mengadakan penelitian kecil melibat beberapa pasien ibu hamil yang datang di ruang bersalin.  Dari 100 pasien yang saya tanya, keseluruhannya adalah dari Jawa dengan kriteria ibu hamil pertama kali, memiliki pekerjaan dan berdomisili di Jawa. Ternyata dari  data yang saya temukan, hanya 25 ibu hamil saja yang mengalami upacara adat masih paham betul tentang adat istiadat tradisi upacara selama kehamilan. Di antara mereka adalah teman-teman bidan dan perawat di tempat saya bertugas. Walaupun demikian, mereka juga tidak mengalami semua tatacara adat istiadat tersebut secara lengkap, dan paling banyak adalah tradisi mitoni.

Selebihnya menjawab hanya tahu upacara tujuh bulanan sebanyak 45 orang,  dan 30  ibu hamil lainnya mengaku sudah sibuk bekerja, tidak sempat menggelar upacara adat untuk kehamilan, tidak menganut kepercayaan tradisional, dan alasan lain mereka tinggal merantau jauh dari orang tua.

Sebenarnya upacara apa saja yang ada di Jawa, khususnya dan dikenal pula di seluruh Indonesia dengan pelaksanaan yang hampir mirip?

Upacara satu bulanan

Upacara ini sudah semakin jarang ditemukan, apalagi bagi yang tinggal di kota besar. Dalam upacara satu bulanan ini diperingati dengan membuat semacam bubur sum-sum. Bubur ini terbuat dari bahan beras dan di tepung. Selanjutnya dimasak dengan air . Sebagai pelengkap diberi kuah dua warna, yakni dari santan kelapa yang diberi sedikit garam dan satu lagi kuah warna merah yang terbuat dari  gula jawa atau gula aren. Hidangan ini sebagai pertanda awal kehamilan. Biasanya dibagikan kepada tetangga kiri kanan dengan permohonan doa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam memulai kehamilan.

Dari pandangan kebidanan : Bubur ini sangat baik untuk ibu hamil awal, terlebih bila ada keluhan mual muntah, makanan lunak dengan kandungan manis dari gula asli akan memberi asupan kalori dan mempermudah pencernaan terutama saat ibu hamil enggan menikmati berbagai macam jenis makanan beraroma tajam. Bubur dari bahan katul yang diproses secara tradisional sangat kaya akan vitamin B1 yang dibutuhkan ibu hamil. Makan bubur ini bersama dengan para tetangga juga memberi dukungan psikologis bahwa semua orang terlibat memperhatikan dan terlebih dukungan spiritual.

Upacara dua bulanan

Pada saat peringatan usia hamil dua bulan, ibu hamil akan dibuatkan beberapa jenis sajian yang lebih komplit. Yakni nasi tumpeng, urap - urap lengkap dari sayur mayur segar. Ada beberapa aturan mengenai jenis sayuran yang dipilih dan jumlah macamnya setiap daerah mempunyai ketentuan yang beda, yang pasti jumlahnya ganjil. Untuk pelengkap sajian juga disediakan semacam jenang katul atau bubur dari  katul beras, di atas jenang katul ini ditaburi dengan parutan kelapa dan parutan gula aren. Kemudian dibuatkan juga campuran dari bahan beras, santan dan gula merah yang dibungkus daun lalu dikukus. Lalu bubur berikutnya adalah bubur merah putih yang terbuat dari bahan beras. Bubur warna merah terbuat dari beras yang ditanak dengan gula merah, sedangkan bubur warna putih terbuat dari beras yang ditanak dengan santan. Cara menghidangkan adalah bubur merah lebih dulu dituang di piring lalu diatasnya dituang sedikit bubur putih.

Dalam pandangan kebidanan : Tumpeng ini merupakan salah satu cara penyajian makan bersama yang menggugah selera dan sangat baik untuk membantu meningkatkan selera makan ibu hamil, tumpeng juga memberi sebuah perlambang adanya dukungan para sanak keluarga dan tetangga untuk bersama sama mengadakan doa syukuran bagi ibu hamil. Sedangkan sayur mayur segar terutama berwarna hijau sangat baik bagi ibu hamil trimester pertama, karena dalam sayur mayur hijau terkandung asam folat alami yang berguna mencegah kecacatan pada janin. Keberadaan bubur beras yang manis sangat baik pula bagi ibu hamil yang menginginkan kudapan atau makanan selingan sebagai pembuka sebelum menyantap menu lain. Biasanya pada kehamilan awal asam lambung meningkat dan bubur tersebut menjadi hidangan pembuka yang baik.

Upacara tiga bulanan atau Madeking

Sudah agak sulit bisa menemukan upacara ini di kota besar. Saya beruntung ada sepupu teman perawat yang melakukannya. Rupanya upacara Madeking yang beberapa kali saya hadiri adalah pada kehamilan ke tiga kalinya.

Pada upacara Madeking ini dihidangkan aneka jenis makanan yang berupa ketupat lalu nasi gurih, kali ini nasi berwarna kuning dengan mencampur air kunyit saat menanak nasi dan di beri garam sedikit dan santan sebelum dikukus. Untuk lauk pauk sudah lebih lengkap dan bervariasi, ada sambal goreng ati rempela, daging sapi dan sebagai kudapan dibuatkan  kue apem.
Dari pandangan kebidanan : Nasi gurih  dan ketupat sebagai hidangan ibu hamil adalah salah satu cara kreatif untuk membangkitkan selera makan ibu hamil agar terpenuhi kebutuhan kalori. Kebutuhan protein sudah mulai  diberikan seiring  adanya peningkatan selera makan menjelang kehamilan  4 bulan. Dengan menghidangkan aneka macam daging dan cara pengolahannya. Protein sangat  dibutuhkan ibu hamil untuk pembentukan organ  tubuh bayi . Upacara Madeking ini juga diadakan sebagai wujud permohonan keselamatan bagi janin dalam Kandungan. Selamatan berupa  doa-doa sesuai agama masing-masing.

Upacara lima bulanan

Pada masa kehamilan ini, dilakukan upacara selamatan dengan kudapan khasnya yakni ketan aneka warna dengan ditaburi enten-enten yang terbuat dari bahan kelapa parut diberi gula. Sebagai hidangan yang dibagikan untuk tetangga adalah urap-urap terbuat dari sayur mayur hijau. Hidangan urap urap ini lengkap dengan nasi dan diletakkan dalam takir atau daun pisang yang dibentuk seperti mangkuk dengan jepit lidi. Hantaran hidangan ada yang diberikan dengan alas tampah/ tambir kecil dari anyaman bambu atau bisa pula dengan cobek tanah liat. Pelengkapnya adalah rujak 7 jenis buah.Upacara lima bulanan sulit ditemukan saat ini.  Saya juga belum pernah menghadiri.

Dalam pandangan kebidanan : Upacara untuk kehamilan 5 bulanan ini merupakan dukungan psikologis dan spiritual yang baik bagi ibu  hamil. Dimana pada usia kehamilan 20 minggu janin sudah makin lincah bergerak, jantung berdetak dengan baik, dan organ tubuh bayi terbentuk. Kebutuhan akan zat makanan bergizi dan kalori juga tetap mendapat perhatian istimewa. Kehadiran sanak keluarga yang mengunjungi ibu hamil saat upacara ini  membantu mengurangi kecemasan, kesempatan saling berbagi pengalaman melewati masa masa kehamilan tiga bulan pertama yang sangat rawan. Upacara ini merupakan ungkapan syukur atas terlaluinya trimester pertama kehamilan dan mohon keselamatan untuk proses kehamilan berikutnya.

Upacara enam bulanan

Dalam upacara ini dibuatkan kudapan khas yakni apem kocor terbuat dari tepung beras dan diberu kuah air gula aren. Untuk tradisi enam bulan ini juga jarang dilakukan. Namun demikian perlu kita tetap tahu.

Upacara 7 bulanan.

Upacara yang biasa dikenal dengan tingkeban dan Mitoni ini masih sering kita jumpai di masyarakat. Hidangan khas yang paling dinantikan para tamu adalah rujak dan dawet atau cendol beras. Menurut tradisi, bila rasa dawet dan rujaknya sedap berarti anaknya perempuan dan bila saat upacara membelah kelapa muda air kelapa muncrat tinggi berarti anak dalam kandungan perempuan. Menarik sekali bukan! Hidangan pelengkap lain adalah polo pendem yakni umbi umbian dan bisa juga kacang tanah yang direbus, urap urap, nasi megono dan tumpeng 7 buah kecil kecil, bubur beras merah putih, yang putih di makan suami, yang merah dimakan istri, urap–urap sayuran hijau 7 jenis, pisang raja, ampyang dan bola ketan kukus diwarna merah,kuning,hijau ,putih dan coklat. Telur 7 butir. Kudapan berupa jajan pasar melengkapi hidangan.

Dari pandangan kebidanan : Upacara 7 bulanan ini hanya dilakukan pada kehamilan pertama kali dan merupakan dukungan bagi ibu hamil dimana dalam masa kehamilan trimester tiga, ibu hamil mengalami perubahan bentuk tubuh, biasanya bertambah gemuk dan merasa tidak cantik. Namun tradisi masyarakat justru mengangkat rasa percaya diri dan memperbaiki body image seorang ibu hamil agar tampak begitu mempesona dalam upacara siraman dan mandi bunga. Ibu hamil didandani dengan roncean bunga melati dan ganti jarik 7 kali. Ini saya lihat saat di Jogjakarta, kebetulan tetangga sebelah rumah mengadakan upacara tersebut. Sedangkan untuk hidangan makanan yang diadakan merupakan suatu sajian yang semakin komplit berbagai protein nabati dan hewani, berbagai sumber jenis zat kalori disertakan. Dengan harapan bahwa ibu hamil senantiasa selamat dan terjaga baik kondisi kesehatannya diiringi doa doa para sanak keluarga dan tetangga.

Upacara delapan bulanan

Pada upacara ini, dihidangkan simbol bulus angrem ( kura kura sedang mengerami telur ). Uniknya hidangan terbuat dari klepon yakni adonan tepung ketan diwarnai pandan hijau dan diberi gula parut di dalamnya. Setelah matang klepon disusun dalam piring lalu di atasnya di telungkupkan kue serabi.

Pandangan kebidanan : Dalam penyajian kudapan ini memberi makna simbolik dan dukungan mental bagi ibu hamil dimana ia harus hati- hati menjaga kehamilan yang memasuki trimester ke tiga. Seperti perilaku positif seekor kura-kura yang setia mengerami telur-telur bakal anak anaknya. Kehamilan merupakan anugerah sekaligus menuntut tanggung jawab seorang calon ibu agar menjaga janin dalam kandungannya.

Upacara 9 bulanan

Dalam upacara ini diadakan doa untuk mohon keselamatan dan kelancaran persalinan, dimana hidangan yang dibuat dinamakan bubur procot. Bubur ini dibuat dari tepung beras, gula merah dan santan. Cara membuatnya adalah ditanak, dan setelah matang dituang dalam takir daun pisang lalu diberi pisang kupas yang utuh di tengahnya.

Dalam pandangan kebidanan : Semua yang dilakukan dalam simbolik sajian ini ini erat kaitannya dengan dukungan mental bagi ibu yang akan bersalin. Menanamkan sugesti diri yang positif. Tak lupa disertai doa dari sanak keluarga dan para tetangga. Harapan bahwa menjelang proses persalinan tak kurang suatu apapun, ibu hamil melaluinya dengan tenang dan bahagia. Melahirkan dengan lancar tanpa penyulit.

Sebenarnya masih banyak upacara yang berkaitan dengan penyulit menjelang persalinan. Namun demikian pada intinya sama adalah memberi dukungan positif bagi seorang ibu yang sedang hamil. Dalam praktek tradisional, memang ada banyak hal yang tak jarang dikaitkan dengan mitos–mitos dan sedikit berbau tahayul. Namun demikian, kita tidak perlu menyikapinya dengan antipati. Petiklah hal-hal positif yang tentu saja tidak merugikan bagi ibu hamil. Hal penting adalah jangan sampai kita lambat laun melupakan warisan kekayaan tradisi asli nusantara kita terutama di Indonesia ini.

Saya yakin, kekayaan tradisi dari Sabang hingga Merauke juga banyak yang menarik untuk dibagikan dan kita pelajari. Siapa lagi yang akan mengakui kekayaan tradisi dan budaya tersebut jika bukan kita. Jangan lupa tetap periksa teratur selama kehamilan baik pada dokter kandungan, bidan maupun tenaga kesehatan agar mendapat bimbingan yang benar dalam menjaga kesehatan selama hamil. Tak lupa selama kehamilan lebih mendekatkan diri pada Tuhan, mohon keselamatan melalui doa sesuai agama dan kepercayaan yang kita anut.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau