JAKARTA, KOMPAS.com - Masih minimnya jumlah Neonatal Intensive Care Unit (NICU) yang ada di rumah sakit seharusnya bukan menjadi hambatan dalam hal perawatan bayi prematur. Ada metode alternatif yang dapat diterapkan untuk perawatan bayi prematur, salah satunya adalah metode kanguru atau Kangaroo Mother Care (KMC).
"Bayangkan sekitar 80.000 bayi lahir setiap tahunnya di Jakarta. Dan sekitar 15 persen dari jumlah tersebut lahir dengan keadaan prematur. Sedangkan NICU yang ada di Jakarta jumlahnya sangat terbatas, tentu tidak mampu menampung semuanya," ujar dokter spesialis anak Rumah Sakit dr. Ciptomangunkusumo (RSCM) Risma Kerina Kaban dalam Seminar yang diadakan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kamis (21/2/2013) di Jakarta.
Sebagai informasi, tidak semua rumah sakit di Jakarta memiliki fasilitas NICU. Menurut keterangan Risma, RSCM sendiri hanya memiliki 10 ruang NICU, RS Anak dan Bunda Harapan Kita memiliki 13 ruang NICU, dan beberapa lainnya hanya memiliki sekitar 4 ruang NICU.
"Jangan hanya mengandalkan NICU untuk perawatan bayi prematur. Sebab faktanya, sekitar 75 persen dari bayi yang lahir prematur dapat bertahan hidup meskipun tidak melalui perawatan di NICU. Asal perawatannya tepat, harapan hidup mereka tinggi," ujarnya
Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu. Pada umumnya, mereka belum memiliki daya tahan tubuh yang baik dan berat badan yang cukup, sehingga mudah sekali terkena berbagai penyakit. Bayi yang lahir prematur juga pada umumnya belum dapat mempertahankan panas tubuhnya sehingga mudah sekali terkena hipotemia atau suhu tubuh sangat rendah.
Metode kanguru merupakan salah satu tindakan alternatif untuk mencegah hipotermi pada bayi prematur yang mudah dan ekonomis. KMC atau skin to skin care atau perawatan kontak kulit merupakan perawatan untuk bayi baru lahir yang mudah yaitu menggunakan suhu badan ibu untuk menghangatkan bayinya.
"Metode KMC cukup efektif dan seharusnya bisa diterapkan oleh semua ibu yang melahirkan bayi prematur. Lingkungan terbaik untuk bayi adalah bersama ibu ," ujar Risma.
Risma memaparkan, sejak lahir ibu dan bayi memiliki kemampuan untuk bekerja sama dalam menghadapi perkembangan kognitif, sosial dan emosional. Setelah ditemukan metode KMC, keberhasilan hidup bagi bayi yang lahir prematur dengan berat badan 501 sampai 1000 gram bisa mencapai 72 persen yang sebelum ditemukan metode ini hanya 0 persen. Sedangkan untuk bayi berbobot 1001 sampai 1500 gram bisa mencapai 89 persen yang sebelumnya hanya 27 persen.
Namun tentunya, ada beberapa hal yang perlu diperhatian sebelum melakukan KMC. "Bayi harus dalam keadaan yang stabil, artinya pernafasannya normal, tidak ada masalah ketika dalam dekapan ibu. Hal ini dikarenakan seringkali bayi prematur mengalami sleep apnea, atau henti napas saat tidur," tutur Risma.
"Selain itu, ibu yang melakukan KMC harus paham dan percaya diri saat melakukannya, maka sebelumnya perlu diberi pengarahan dari tenaga medis," tambahnya.
Risma juga menegaskan, saat ibu melakukan KMC, proses tersebut tidak serta merta mandiri tanpa pengawasan dari tenaga medis. Pasalnya, keadaan bayi kadang masih belum stabil, sehingga perlu adanya pemeriksaan keadaan terbaru. "Di samping itu, keadaan ibu harus dipastikan sehat agar tidak menulari bayi," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.