Infeksi nosokomial atau infeksi yang berkenaan atau berasal dari rumah sakit masih menjadi masalah di rumah sakit Indonesia dan dunia. Salah satu penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah rendahnya kebiasaan cuci tangan di rumah sakit. Baik oleh tenaga kesehatan, pasien, hingga pengunjung/pembesuk di rumah sakit.
Spesialis mikrobiologi klinik, dr Wani Devita Gunardi, SpMK, dari Eka Hospital mengatakan infeksi nosokomial bisa berasal dari tindakan dokter atau tangan tenaga medis yang menyentuh pasien, kemudian bisa menyebar ke orang lain yang membesuk pasien atau pengunjung.
Menurutnya, infeksi nosokomial bisa dikurangi dengan cara sederhana melalui kebiasaan cuci tangan atau CTPS. Kebiasaan cuci tangan ini merupakan faktor terbesar terjadinya infeksi nosokomial, katanya.
Untuk mengurangi risiko infeksi nosokomial, kebiasaan cuci tangan di rumah sakit perlu memerhatikan lima momen penting yang sesuai rujukan WHO. Untuk tenaga kesehatan, CTPS semestinya dimulai sebelum masuk ke lingkungan tindakan di rumah sakit, saat melakukan tindakan, dan setelah melakukan tindakan. Sementara momen lainnya di antaranya setelah kontak dengan tubuh pasien dan meninggalkan lingkungan pasien. Dua momen terakhir ini berlaku untuk tenaga kesehatan juga pengunjung termasuk keluarga atau kerabat yang datang membesuk.
Wani melanjutkan, kepatuhan tenaga kesehatan juga pasien dan pengunjung rumah sakit untuk melakukan CTPS masih menjadi perhatian. Pasalnya, tidak semua orang di rumah sakit benar-benar menjalankan CTPS di lima momen penting dengan konsisten.
Ketersediaan infrastruktur untuk menjalankan CTPS juga menjadi perhatian lainnya. Meskipun menurut Wani, di sejumlah rumah sakit umum di Jabodetabek telah mensyaratkan ketersediaan infrastruktur CTPS ini.
Seberapa besar efektivitas pengendalian infeksi nosokomial dengan kebiasan CTPS di rumah sakit? Wani mengaku tidak ada data lengkap mengenai hal ini. Namun praktik yang dilakukan di Eka Hospital, Bumi Serpong Damai, Tangerang menunjukkan angka infeksi nosokomial bisa dikendalikan atau tidak meningkat berkat kebiasaan CTPS.
"Infeksi nosokomial kurang dari 1,5 persen karena kebiasaan CTPS," ungkapnya saat jumpa pers kegiatan penyambutan hari cuci tangan sedunia di Jakarta, Kamis (26/9/2013).
Untuk mendorong semua pihak di rumah sakit menerapkan CTPS, Wani mengatakan penerapan satu hari cuci tangan memberikan kontribusi penting. WHO menentukan 5 Mei menjadi hari cuci tangan, yang bisa diterapkan siapa saja di mana pun. Penanggalan 5 Mei ini untuk memudahkan berbagai pihak mengingatkan lima momen penting cuci tangan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.