Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memahami Penyebab "Sleep Paralysis" atau Ketindihan

Kompas.com - 23/01/2025, 19:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Sleep paralysis (kelumpuhan tidur) adalah gangguan tidur yang ditandai dengan ketidakmampuan total untuk bergerak atau berbicara saat berada dalam masa transisi antara terjaga dan tidur. Kondisi ini disebut juga dengan "ketindihan".

Saat mengalami sleep paralysis tentu kita akan ketakutan, bahkan terkadang disertai halusinasi, sehingga menyulitkan kita untuk membedakan antara kenyataan dan mimpi.

Tak heran jika "ketindihan" di banyak budaya di dunia sering dikaitkan dengan unsur mistis atau suprantural.

Gejala kelumpuhan tidur dapat berlangsung selama beberapa detik hingga menit, tetapi umumnya tidak berlangsung lebih dari 20 menit.

Tanda mengalami kelumpuhan tidur

Ketindihan sebenarnya dapat dijelaskan secara ilmiah. Selama kelumpuhan tidur, tubuh kita menjadi lumpuh sementara pikiran tetap aktif dan waspada. Kita mungkin tidak dapat menggerakkan bagian tubuh mana pun, termasuk mata, anggota badan, dan kepala.

Kita mungkin juga mengalami sensasi tertahan oleh kekuatan tak terlihat, serta halusinasi pendengaran (mendengar suara-suara) atau melihat bayangan seram.

Baca juga: Ketindihan, Fenomena Makhluk Halus atau Gangguan Tidur?

Perasaan takut tersebut juga bisa ditambah dengan detak jantung meningkat, ada sensai bergetar atau seperti kesemutan, serta sesak napas.

Kelumpuhan tidur diklasifikasikan sebagai gangguan tidur-bangun yang berhubungan dengan fase tidur REM (rapid eye movement).

Selama tidur REM, tubuh secara alami lumpuh untuk mencegah kita mewujudkan mimpi. Jika proses ini terganggu karena alasan apa pun, hal itu dapat menyebabkan episode kelumpuhan tidur.

Ketidaksinkronan antara otak dan tubuh selama fase tidur REM pada akhirnya memicu ketindihan. Pemicunya bisa karena stres, kelelahan, obat-obatan tertentu, atau perubahan pola tidur.

Apa pun penyebabnya, penting untuk diingat bahwa kelumpuhan tidur tidak berbahaya dan tidak menyebabkan cedera fisik apa pun.

Cara terbaik untuk mengurangi risiko mengalami episode "ketindihan" adalah dengan meningkatkan kualitas tidur dan mengelola tingkat stres.

Baca juga: Penyebab Insomnia dan Cara Mengatasinya

Dua jenis kelumpuan tidur

Ada dua jenis kelumpuhan tidur, yaitu isolated sleep paralysis (ISP) dan recurrent isolated sleep paralysis (RISP).

ISP adalah episode tunggal kelumpuhan tidur, biasanya disebabkan oleh pola tidur yang tidak teratur atau tingkat stres yang tinggi. Kondisi ini tidak terkait dengan gangguan medis dan bisa diatasi dengan mengubah pola tidur.

Sebaliknya dengan RISP yang dicirikan dengan beberapa episode kelumpuhan tidur pada periode tertentu. Jenis kelumpuhan tidur ini sering dikaitkan dengan gangguan psikologis seperti depresi atau kecemasan, serta obat-obatan tertentu.

Sleep paralysis dapat menjadi tanda dari gangguan tidur lain jika terjadi berulang kali, lebih dari dari beberapa kali dalam sebulan, atau pun dikaitkan dengan gangguan tidur lain seperti narkolepsi (seseorang tiba-tiba tertidur di siang hari), sleep apnea, atau insomnia kronis.

Untuk mengurangi kelumpuhan saat tidur, perbaikilah jadwal tidur dengan durasi 7-9 jam setiap malam, mengelola stres, mengurangi asupan kafein atau alkohol sebelum tidur, dan juga tidur dengan posisi miring. Posisi tidur telentang sering dikaitkan dengan sleep paralysis.

Baca juga: Sering Mimpi Buruk? Bisa Jadi karena Kesepian

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau