Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/10/2013, 10:56 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis

KOMPAS.com - Mengkonsumsi suplemen vitamin D tidak mencegah pelemahan tulang sebagai akibat osteoporosis. Demikian hasil riset para peneliti dari New Zealand.
 
Faktanya, saat ini sedikitnya 50 persen lansia berumur 50 tahun dan lebih tua mengkonsumsi suplemen vitamin D.  Mereka berharap dengan mengonsumsi suplemen vitamin D secara teratur, bisa mencegah tulang semakin lemah, dan mengurangi potensi terkena osteoporosis.

Namus hasil riset menegaskan, pada lansia sehat, supelemen vitamin D tidak bisa memerangi osteoporosis. Suplemen ini hanya memenuhi kebutuhan lansia yang kekurangan vitamin D.

Riset yang dipimpin Ian Reis dari University of Auckland dilakukan melalui tinjauan terhadap 23 data penelitian. Data yang digunakan mencakup empat ribu lansia sehat berusia rata-rata 59 tahun.

Data ini menunjukkan, selama dua tahun penelitian tidak ada bukti bahwa konsumsi suplemen vitamin D  bisa meningkatkan kepadatan mineral tulang. Hasil ini berlaku pada tulang pinggul, belakang, lengan atas, atau seluruh tubuh.

Kepadatan mineral tulang diukur dengan menghitung mineral tulang saat ini, pada beberapa tempat yang berbeda. Pengukuran kepadatan mineral tulang digunakan untuk mengetahui kekuatan tulang.

Satu-satunya yang menunjukkan perbaikan kepadatan adalah pada tulang femoral. Berdasarkan riset yang dimuat dalam The Lancet, kepadatan mineral pada tulang di bagian paha ini meningkat 0,8 persen.

Peneliti mengatakan, sangat sedikit bukti yang mengatakan konsumsi suplemen vitamin D memperbaiki kepadatan mineral tulang di seluruh tubuh. Selanjutnya peneliti juga berpendapat, sangat tidak bijak menyebarkan penggunaan suplemen vitamin D untuk mencegah osteoporosis pada lansia, tanpa mengatakan hal ini hanya berefek pada mereka yang nyata kekurangan vitamin D.

Peneliti dari Amerika sepakat dengan hasil riset ini. "Tinjauan ini mendukung studi sebelumnya yang menyatakan, vitamin D tidak menyediakan pencegahan pada kesehatan tulang lansia," kata Victoria Richards, pengajar di Netter School of Medicine, Quinnipiac University di Hamden, Connecticut.

Dari riset ini, Richards berpendapat, mungkin ada beberapa lansia yang merasa tidak perlu lagi melanjutkan konsumsi vitamin D. Namun ternyata tidak semua dokter mendukung temuan ini. Beberapa mengatakan, keputusan mengkonsumsi vitamin D tidak sama pada setiap orang.

"Dari sudut pandang medis, keputusan untuk mengkonsumsi suplemen atau tidak berbeda pada tiap orang. Hal ini merupakan hasil diskusi pasien dengan tenaga kesehatan," kata ahli orthopedi Dr Neil Roth dari Lenox Hill Hospital, New York City.

Neil menyarankan lansia untuk mempertimbangkan efek untung rugi mengkonsumsi suplemen. Kendati tampak seperti pemborosan, Neil berpendapat, konsumsi vitamin D pada lansia sehat nyaris tidak ada salahnya. Namun sekali lagi Neil mengingatkan, hal ini berlaku tidak sama pada tiap orang dan dibutuhkan konsultasi terlebih dulu dengan tenaga kesehatan terkait.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com