Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/01/2014, 14:44 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com —
Dalam sebuah episode acara TV "Star Trek: The Next Generation" Kapten Jean-Luc Picard tertusuk di bagian dadanya, tetapi dia berhasil selamat berkat sebuah alat yang menutup luka pada jantungnya. Kini para peneliti mungkin dapat mewujudkannya dengan menemukan sebuah alat perekat (lem) yang dapat memperbaiki luka hati.

Para peneliti mengatakan, lem tersebut bekerja mengikat jaringan jantung dengan kuat, menutup luka dan juga mencegah komplikasi. Lem juga bekerja dengan kuat menyerupai jahitan atau staples.

Salah seorang peneliti, Jeffrey Karp, profesor asosiasi kedokteran di Harvard Medical School, mengatakan, meskipun memperbaiki luka pada jaringan jantung bisa dilakukan dengan staples dan jahitan, kedua cara itu dapat menyebabkan masalah baru.

"Setelah jahitan dibuka, jaringan perlu dibentuk kembali. Sementara itu, staples dapat merusak jaringan dan tidak tahan air. Serta, biasanya terbuat dari bahan logam sehingga sulit untuk diangkat," terang Karp.

Karena itu, para peneliti pun mendesain sebuah lem polimer tahan air yang dapat mengeras dengan cepat dan menutup jaringan. Menurut studi yang dipublikasi dalam jurnal Science Translational Medicine tersebut, daya rekat dari lem tersebut dapat menahan tekanan dari detak jantung atau pembuluh darah.

Lem ini memiliki kekentalan serupa madu. Untuk menggunakannya, dokter dapat mengaplikasikannya dengan bantuan lembaran khusus untuk memperbaiki luka pada jaringan. Selain itu, dokter juga dapat mengaplikasikannya langsung pada pembuluh darah atau dinding yang robek, dan membiarkannya mengering.

Setelah diaplikasikan, molekulnya akan bekerja antara serat kolagen pada jaringan. Kemudian, dokter perlu menyinari lem dengan sinar ultraviolet untuk merangsang molekul lem mengeluarkan radikal bebas yang sangat reaktif dan mengikat molekul kelompok akrilat menjadi rantai yang kuat. Hasilnya sebuah bahan mirip karet pun menyatu dengan kolagen alami jantung.

Sejauh ini, tim peneliti telah melakukan percobaan lem pada babi dan tikus. Keduanya memberikan hasil yang cukup menjanjikan. Namun, diperlukan penelitian lanjutan pada manusia dalam tingkat uji klinis sebelum lem ini dapat dipergunakan secara luas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com