Usia, selain faktor risiko, juga turut menentukan pilihan radiodiagnostik payudara. Mamografi masih menjadi rekomendasi utama dalam pemeriksaan payudara karena akurasi, sensitivitas, spesifitasnya tinggi. Namun, ultrasonografi atau USG, dan Magnetic Resonance Imaging atau MRI juga bisa jadi pilihan lainnya. Berikut indikasi penggunaan masing-masing radiodiagnostik payudara tersebut.
Indikasi mamografi:
* Adanya benjolan pada payudara.
* Wanita dengan risiko tinggi.
* Adanya pembesaran kelenjar getah bening daerah ketiak.
* Adanya metastase dari tumor primer.
* Wanita dengan fobia kanker, biasanya di atas usia 40.
Indikasi USG:
* Gambaran padat pada mamografi atau riwayat pemakaian silikon/ implant prothesa.
* Wanita hamil, menyusui dan remaja.
* Adanya kista.
Di sela workshop edukasi publik kanker payudara Rumah Sakit Mayapada, spesialis radiologi Nina ISH Supit, mengatakan USG biasanya disarankan untuk wanita di bawah usia 40. Payudara yang masih padat akan menyulitkan pemeriksaan dengan mamografi, sehingga memengaruhi hasil diagnostik. Karena pemeriksaan USG lebih tepat untuk wanita muda selain ibu hamil dan menyusui yang juga lebih tepat menggunakan USG.
Indikasi MRI:
* Untuk wanita dengan pembesaran kelenjar getah bening di ketiak.
* Untuk menentukan staging keganasan payudara oleh karena MRI dapat mengetahui tumor dengan sangat akurat.
* Pasca-operasi.
* Pada kasus dimana mamografi dan USG tidak dapat menentukan dengan pasti suatu proses keganasan.
* Wanita dengan impan silikon.
Nina mengatakan, pemeriksaan MRI biasanya berlangsung lebih lama, 30-45 menit dan biayanya lebih mahal dengan akurasi lebih tinggi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.