JAKARTA, KOMPAS.com –Selain beras, ternyata banyak masyarakat di Indonesia mendapat sumber karbohidrat dari konsumsi mi. Berdasarkan Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2014, sumber karbohidrat dari mi yaitu sebanyak 32,6 gram per orang per hari. Terbanyak yaitu dari beras sebanyak 197,1 gram per orang per hari.
Sementara itu, sisanya yaitu dari olahan terigu (9,6 gram), terigu (9,4 gram), olahan beras (4,2 gram), dan jagung serta olahannya (4,1 gram).
Hasil SKMI 2014 ini disampaikan oleh Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik Siswanto dalam acara Parade Penelitian Kesehatan di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin (29/12/2014).
“Konsumsi makanan sebagai sumber karbohidrat paling banyak berasal dari serealia (257,7 gram) dan umbi-umbian (27,1 gram). Dalam kelompok serealia, konsumsi tertinggi adalah beras dan disusul mi,” terang Siswanto.
Siswanto menjelaskan, survei ini dilakukan di 497 kabupaten/kota dari 34 provinsi di Indonesia. Sampel diambil dari 46.238 rumah tangga dan diambil data untuk analisis sebanyak 45.802 rumah tangga.
Adapun anggota rumah tangga (ART) yang berhasil diwawancarai dan dijadikan analisis sebanyak 145.360 ART. Responden terdiri dari laki-laki dan wanita dari berbagai usia. Metode survei yaitu dengan teknik wawancara konsumsi makanan dalam 24 jam.
Survei ini juga melihat sumber protein yang didapat masyarakat. Untuk sumber protein, kebanyakan masyarakat mendapatkannya dari ikan (78,4 gram), kacang-kacangan (56,7 gram), daging (42,8 gram), telur (19,7 gram), dan susu (6,4 gram).
Survei pun menunjukkan kecukupan gizi masyarakat di Indonesia. Hasilnya, provinsi yang masyarakatnya kurang kalori dan protein cukup tinggi yaitu di Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Lampung. Sedangkan provinsi yang masyarakatnya paling cukup kalori dan protein yaitu, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, dan DKI Jakarta.
Melihat hasil survei ini, Siswanto mengatakan perlunya memperkuat program gizi seimbang. Selain itu, penganekragaman pangan, khususnya pemberdayaan makanan lokal juga perlu ditingkatkan.
“Melihat angka kecukupan gizi, baik kalori maupun protein ini, pemerintah perlu meningkatkan kembali program ketahanan pangan dan gizi. Di sisi lain, juga perlu penyulusan terkait kelebihan asupan kalori untuk mencegah obesitas, sebagai faktor risiko terjadinya penyakit degenerative,” terang Siswanto.
Siswanto pun meminta masyarakat untuk memastikan konsumsi makanan yang sehat dan bergizi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.